Prosumut
Ekonomi

Hurry Up! Ini Deretan Saham Berpotensi Bikin Untung Besar

Pergerakan saham dan perdagangan obligasi dipantau pialang di Dealing Room, Bank Negara Indonesia, Jakarta, Senin (18/5). Hasil lelang obligasi, Selasa (26/5) kemarin, hanya meraup dana di bawah target indikatif. Pemerintah hanya memenangi penawaran senilai Rp 7,2 triliun dari target Rp 10 triliun. Kompas/Hendra A Setyawan (HAS) 18-05-2015 *** Local Caption *** Pergerakan saham dipantau pialang di Dealing Room, Bank Negara Indonesia, Jakarta, Senin (18/5). Indeks Harga Saham Gabungan pada awal pekan ditutup menguat tipis 10,71 poin atau setara 0,2 persen ke posisi 5.237. Kompas/Hendra A Setyawan (HAS) 18-05-2015

PROSUMUT – Perubahan fokus kini dilakukan pemerintahan Jokowi. Dari infratruktur ke ekonomi yang bertumpu pada inovasi dan keahlian.

Head of Investment Research Invofesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, konsentrasi pemerintah ini bakal membawa keuntungan bagi emiten-emiten, terutama yang bergerak di sektor jasa.

“Kalau sumber daya manusia membaik, sebenarnya semua terbantu tapi sektor jasa yang bakal paling diuntungkan,” kata dia seperti, Senin 22 April 2019.

Emiten-emiten sektor jasa tersebut meliputi jasa keuangan, financial technology, dan kesehatan.

Sektor jasa kesehatan misalnya, sejalan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan para pekerja perusahaan. Apalagi dengan program jaminan kesehatan pemerintah yang bakal kian membaik. Hal ini diprediksi akan meningkatkan kebutuhan terhadap tenaga kesehatan di Indonesia.

BACA JUGA:  Pasar Akik Direvitalisasi

Namun peningkatan keahlian ini membutuhkan waktu panjang dan agak sulit untuk mengukur pencapaian peningkatan kualitas sumber daya manusia.

“Peningkatan sumber daya manusia ini muaranya ada di perbaikan ekonomi, penurunan pengangguran, inklusi keuangan, dan seberapa besar masyarakat Indonesia yang memanfaatkan sektor jasa keuangan,” ucap dia.

Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony melihat, sektor yang paling diuntungkan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo ini adalah sektor telekomunikasi dan manufaktur yang meliputi sektor makanan dan minuman, kimia, tekstil, otomotif, dan elektronik.

Alasannya, peningkatan keahlian sejalan dengan rencana pemerintah mengedepankan revolusi industri 4.0.

BACA JUGA:  Manfaat Jadi Mitra UMKM Binaan Bank Indonesia, Omzet Meningkat 100 Persen hingga Promosi Gratis

“Proses di industri akan berubah menjadi sistem otomatis dengan harapan biaya produksi akan semakin murah dan produktifitas meningkat sehingga laba perusahaaan dapat meningkat,” sebut dia.

Menurut dia, dengan revolusi industri ini, produksi di sektor manufaktur akan lebih banyak menggunakan robot. Dengan begitu, proses produksi akan lebih cepat.

Oleh karena itu, harus ada pengembangan sumber daya manusia agar tidak tertinggal dengan perkembangan revolusinya.

Namun revolusi industri 4.0 membutuhkan waktu untuk persiapan. Dengan begitu, hal tersebut tidak akan serta merta mengubah kinerja emiten-emiten dalam sektor ini.

“Jadi secara satu tahun ini masih akan berpedoman pada kinerja perusahaan masih secara normal,” kata dia.

BACA JUGA:  Mitra Binaan Pertamina Ekspor Perdana 2,5 Ton Kerupuk Kulit Ikan Patin ke Malaysia

Meskipun begitu, melihat prospek cerah di sektor manufaktur, ia merekomendasikan investor untuk buy beberapa saham beberapa perusahaan. Emiten-emiten tersebut adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).

Chris memasang target harga hingga akhir tahun sebesar Rp 9.000 untuk ASII, Rp 2.000 untuk ERAA, KLBF Rp 1.800, dan SRIL Rp 430. Senin (22/4), harga saham ASII berada pada level Rp 7.525, ERAA Rp 1.495, KLBF Rp 1. 480, dan SRIL Rp 334 per saham. (*)

Konten Terkait

Normal Baru Masih Masalah Bagi Dunia Usaha

admin2@prosumut

Ekonomi Sumut Triwulan I-2023 Melambat, Tumbuh 4,87 Persen

Editor prosumut.com

Wamendag Sidak Pasar: Harga Bapok Aman dan Stabil

Editor prosumut.com