PROSUMUT – Untuk menekan masih tingginya angka kasus tuberkolosis (TB) di Sumatera Utara (Sumut) dibutuhkan peran serta masyarakat. Salah satunya, dengan mendeteksi secara dini penyakit menular ini.
Agar tidak mudah terinfeksi TB, menurut pengamat kesehatan dari Universitas Sumatera Utara, dr Delyuzar menyarankan agar meningkatkan daya tahan tubuh dengan gizi yang cukup dan istirahat yang cukup.
Sehingga, bila ada penderita TB di sekitar kita kondisi daya tahan tubuh akan lebih tinggi. Namun, kalau kurang gizi dan ada penyakit yang menyebabkan daya tahan kita menurun, risiko untuk tertular akan lebih banyak.
“Apalagi kalau mengalami batuk lebih dari 2 sampai 3 minggu dan berat badan menurun, nafsu makan menurun ditambah ada batuk berdarah, maka harus diwaspadai dan cepat lakukan pemeriksaan. Sebab penanganan TB cukup lama dan konsumsi obat harus teratur 6 sampai 9 bulan,” ujarnya akhir pekan ini.
Dia mengatakan, orang dengan penyakit TB lantaran ada faktor penularan. Maka, yang paling penting adalah melakukan pengobatan terhadap penderitanya agar tidak menularkan.
“Jadi bila kita melihat data yang tinggi itu berarti ada upaya melakukan penemuan kasus TB. Hal ini justru akan lebih baik daripada kita tidak menemukan kasusnya dan berkeliaran di masyarakat. Untuk itu, orang yang terkena TB itu harus segera diobati dan harus dicari dari mana ia mendapatkan penyakitnya itu,” katanya.
Selain diobati, sebut dia, harus dilakukan investigasi siapa saja yang sudah tertular penyakit TB tersebut.
Karena bila masih ada penderita apalagi yang tidak terdeteksi dan dia tetap berkeliaran, maka ada resiko tinggi akan penularan penyakit TB tadi.
“Jadi, orang yang kurang gizi akan mengakibatkan daya tahannya rendah dan pasien Diabetes Melitus (DM) juga mudah terinfeksi TB juga. Termasuk pasien yang memiliki daya tahannya memang menurun termasuk pasien HIV-AIDS yang memiliki kontribusi untuk meningkatkan kasus TB ini. Bahkan belakangan ini cukup tinggi kasus penyakit DM disertai dengan TB,” tukasnya.(*)