PROSUMUT – Luar biasa, itulah ungkapan untuk kenaikan harga emas yang terjadi belakangan ini. Padahal, saat ini krisis melanda banyak negara.
Kemudian, memanasnya hubungan geo politik di banyak negara, perang dagang yang masih berkecamuk, tekanan ekonomi yang kian menggunung, belum lagi penyebaran Covid-19 yang tak kunjung berhenti.
“Di antara banyak instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksadana dan lainnya yang babak belur, harga emas justru emas menunjukan kedigdayaannya dengan membukukan kenaikan fantastis. Hebatnya lagi, saat ini menembus level $ 2.000 per ons troy atau tepatnya dikisaran $ 2.036 per ons troy. Dengan kurs mata uang rupiah terhadap US Dolar di level 14.550. Maka, harga emas dunia saat ini bertengger dikisaran Rp 956 ribu per gram,” ungkap pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Kamis 6 Agustus 2020.
Bahkan, lanjutnya, harga emas Antam malah mematok di atas 1 juta rupiah per gram (Rp 1.048.000/gram pada 5 Agustus 2020). Hal ini tentunya sebuah kenaikan yang cukup ‘gila’ di tengah porak-porandanya kondisi ekonomi global belakangan ini.
“Di saat terjadi krisis memang emas selalu menjadi alternatif invetasi yang lebih menjanjikan. Mereka yang terlebih dahulu membeli emas di awal tahun sebelum terjadi pandemi,” sambung Gunawan.
Menurutnya, bagi mereka yang telah membeli emas sebelum kondisi pandemi maka diperkirakan mendapatkan keuntungan sekitar 20 persen atau bahkan lebih.
“Bayangkan di saat indeks saham global justru masih membukukan kerugian dua digit, emas justru mengalami kenaikan yang fantastis seakan mengabaikan semua kondisi buruk yang tengah terjadi saat ini,” cetus dia.
Meski demikian, ada sisi negatif dari kenaikan harga emas yang sangat fantastis tersebut. Yakni, keraguan investor yang semakin tidak berani untuk membeli emas karena dinilai kemahalan.
“Memang pada dasarnya, rumusnya cukup sederhana untuk membeli emas yaitu selama krisis berlangsung, belum terlihat pemulihan atau justru semakin memburuk. Ditambah lagi pasien Covid-19 yang bertambah banyak, maka disaat itu harga emas masih berpeluang naik,” jelasnya.
Oleh sebab itu, cukup simpel memang tetapi tidak mudah diimplementasikan karena rumus tadi mengandung unsur ketidakpastian yang tinggi. Sebab, tidak ada yang bisa memastikan kapan Covid-19 berakhir, resesi sirna, tidak ada kecamuk baik itu perang dagang atau kemungkinan agresi senjata.
“Saya hanya menyarankan, selama yakin kondisi ekonomi ke depan membaik maka boleh membeli emas. Namun, kalau tidak sebaiknya jangan coba-coba,” tukasnya. (*)
Reporter : Rayyan Tarigan
Editor : Iqbal Hrp
Foto :