Prosumut
Ekonomi

Harga Tempe dan Tahu Naik, Ini Penyebabnya

PROSUMUT – Harga tempe dan tahu belakangan ini melonjak, sehingga diributkan oleh sejumlah masyarakat khususnya masyarakat di Pulau Jawa.

Bahkan, di Sumut juga terjadi kenaikan harga produk olahan kedelai khususnya tempe dari satu potong kecil yang biasanya Rp2.000 saat ini dijual dengan harga Rp2.500-an per potong.

“Naik sekitar 25 persen. Kenaikan harga pangan tradisional khas Indonesia tersebut menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia,” ujar Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, Selasa 5 Januari 2020.

BACA JUGA:  Pengembangan Pelabuhan Pangkalan Susu Dongkrak Ekonomi Lokal

Menurut dia, tempe dan tahu selain menjadi sumber protein, juga menjadi makanan yang melekat di mayoritas rumah tangga di tanah air. Produk olahan tempe juga banyak dan dikonsumsi masyarakat.

Jadi wajar saja jika kenaikan harganya menjadi obrolan yang viral dan tentunya menjadi masalah bagi pedagang tempe.

“Jika tahu maupun tempe harganya naik, maka sudah barang pasti nantinya peminat tempe menjadi turun. Bahkan, berpotensi diikuti dengan tren penurunan harga pada sumber protein lain seperti telur maupun ikan,” katanya.

BACA JUGA:  Galeri Investasi Kini Hadir di Langkat, Dorong Literasi Keuangan dan Pasar Modal di Daerah

Gunawan menilai, penyebab harga tempe dan tahu mengalami kenaikan karena naiknya harga komoditas kedelai di pasar internasional. Harga kedelai mengalami kenaikan setidaknya dalam 6 bulan terakhir. “Saat ini harga kedelai dijual dikisaran $13,19 per bushel,” ucap dia.

Jika dihitung, harga kedelai sempat menyentuh $8,6 per bushel. Akan tetapi, harga tersebut terus menanjak hingga menjelang akhir tahun dikisaran angka $13-an per bushel.

“Kenaikan harga kedelai ini memang menjadi pemicu kenaikan harga tempe maupun tahu di tanah air,” sambung Gunawan.

BACA JUGA:  Izin BPRS Gebu Prima Dicabut OJK, LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah

Dia menambahkan, dikarenakan kedelai kita masih banyak didatangkan dengan cara impor dari negara lain, maka harga produk olahannya juga mengikuti tren perkembangan harga komoditas global.

“Ini yang membuat harga tempe maupun tahu mengalami kenaikan. Sekalipun tempe maupun tahu adalah makanan khas Indonesia, namun bahan bakunya harus didatangkan dari negara lain karena harga yang lebih bersaing,” pungkasnya. (*)

 

Reporter : Rayyan Tarigan
Editor        : Iqbal Hrp
Foto            : 

Konten Terkait

Cuaca Buruk dan Kematian Babi Berdampak Terhadap Harga Pangan

Editor prosumut.com

Resah Tiket Masih Mahal, LBP: Solusinya Turunkan Pajak Avtur

Val Vasco Venedict

Mandiri Syariah Terbaik Pendukung Pengendalian Moneter dan Implementasi QRIS

Editor Prosumut.com

Penyaluran Kredit UMKM di Sumut Capai Rp163 Triliun

Editor prosumut.com

Luncurkan  Program “Migor 14 Ribu”, Mendag Lutfi: Jaga Stabilitas Harga 

Editor prosumut.com

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Antisipasi Inflasi Jelang Ramadan

Editor prosumut.com
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara