Prosumut
Ekonomi

Gelombang Teknologi Digital, 4 Sektor Bisnis ini PHK Ribuan Karyawan

PROSUMUT – Kehadiran teknologi bak pisau bermata dua. Di satu sisi banyak memberikan manfaat dan di sisi lain bisa merugikan manusia.

Namun, kenyataan ini tak bisa dibendung karena sudah menjadi konsekuensi dalam menyambut kehadiran teknologi.

Akibatnya, dari kehadiran teknologi tersebut harus ada yang dikorbankan. Sejumlah bisnis yang sudah menyambut teknologi mulai mengubah sistem.

Jika sebelumnya lebih memanfaatkan tenaga manusia maka kini menjadi digitalisasi. Mau tak mau sistem ini perlahan mengharuskan untuk memberhentikan para pekerja manusia.

Lalu apa saja bisnis yang berpotensi mengurangi jumlah pekerja manusia secara besar-besaran?

Perbankan
Sektor bisnis yang mulai mengurangi karyawan akibat adanya teknologi adalah perbankan. Tercatat dalam tiga tahun terakhir yakni pada 2016-2018 ada sekitar 20.000 karyawan yang berhenti di sembilan bank ternama di Indonesia.

BACA JUGA:  Hapelnas 2024, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Sapa Pelanggan dan Beri Apresiasi

Jenis pekerjaan yang paling banyak dikurangi di industri perbankan adalah posisi front office.

Begitu pula perbankan di Indonesia saat ini telah menerapkan sistem digital banking sehingga mengharuskan mengurangi para pegawainya dan digantikan oleh teknologi komputerisasi dan digitalisasi.

Ritel Perabotan
Industri ritel juga mengalami hal yang sama. Beberapa tahun ini cukup banyak perusahaan ritel yang mengurangi jumlah pegawai akibat kehadiran teknologi. Salah satu contoh adalah peritel perabotan rumah tangga asal Swedia, IKEA.

BACA JUGA:  Hapelnas 2024, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Sapa Pelanggan dan Beri Apresiasi

Skema yang dijalankan IKEA saat ini membidik konsumen daring atau pasar online. Sehingga perusahaan mau tidak mau harus mengurangi jumlah karyawan. Pada tahun lalu, IKEA mengumumkan untuk memangkas sekitar 5% atau 7.500 karyawannya karena akan menggenjot sistem penjualan online.

Toko Pakaian
Jika dulu banyak orang ramai-ramai bekerja menjadi karyawan ritel pakaian macam Matahari, Robinson, hingga butik-butik sekalipun. Namun, saat ini jumlah para pegawai di outlet-outlet pakaian tersebut semakin berkurang karena makin banyaknya online store yang menjual pakaian tanpa harus datang ke outlet.

Wajar jika beberapa outlet pakaian di Indonesia macam Matahari dan lainnya tutup di beberapa daerah karena bangkrut. Bahkan mereka saat ini mulai mengubah skema bisnis dengan menghadirkan portal khusus yang menyasar pelanggan online.

BACA JUGA:  Hapelnas 2024, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Sapa Pelanggan dan Beri Apresiasi

Pabrik
Wacana robot akan menggantikan pekerja manusia di pabrik-pabrik bukan isapan jempol belaka. Pada 2025, sekitar 52 persen robot akan menggantikan posisi manusia dalam sebuah perusahaan. Mereka akan bekerja layaknya peran manusia yang bekerja sebagai akuntan, manajemen klien, pemasaran, layanan pelanggan, hingga kesekretariatan.

Kehadiran teknologi seperti di atas memang sangat menguntungkan dari segi bisnis terutama bagi pemilik usaha. Pelaku usaha bisa menekan biaya untuk mempekerjakan manusia. Namun di sisi lain, manusia harus kehilangan pekerjaannya karena tergerus teknologi.

Konten Terkait

Gubsu Janji Kembangkan Kopi Sumut di Kancah Internasional

Editor prosumut.com

Menkeu Salahkan Kondisi Global

Val Vasco Venedict

Mendag Zulhas Dorong Produk UKM Indonesia Tembus Timur Tengah

Editor prosumut.com

Trakindo Rilis Cat 333 Next Generation Excavator Kelas 30 Ton, Bucket Capacity 2,6 Kubik

Editor prosumut.com

Bukukan Transaksi USD 6,06 Miliar, Mendag: Capaian TEI 2021 Menggembirakan

Editor prosumut.com

Inilah Para Pewaris Emporium Bisnis Properti Ciputra

valdesz
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara