Prosumut
Ekonomi

Ekonomi Indonesia Hadapi Tantangan Terburuk

PROSUMUT – Pada kuartal II-2020 masa pandemi Covid-19, kondisi ekonomi tengah berhadapan dengan tantangan berat. Di kuartal inilah ekonomi Indonesia tengah diuji, karena mulai Maret terjadi temuan awal Covid-19 di tanah air dan April mulai terasa dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat hingga berlanjut sekarang.

Semakin memburuknya penyebaran Covid-19, maka ekspektasi terkait dengan pertumbuhan ekonomi kian suram. Realisasi pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sekitar 2,9 persen dan Sumut sebesar 4,6 persen di kuartal I-2020 menjadi ujian awal. Bahkan, diperkirakan kuartal II kondisinya akan lebih suram lagi, seiring dengan mulai melemahnya konsumsi masyarakat.

Menurut pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin, kontribusi konsumsi masyarakat Sumut itu sebesar 54 persen terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Namun, kondisinya tengah diuji di tengah wabah.

BACA JUGA:  Mitra Binaan Pertamina Ekspor Perdana 2,5 Ton Kerupuk Kulit Ikan Patin ke Malaysia

“Dari sisi daya beli, saya melihat PHK, karyawan dirumahkan, pekerja informal yang kehilangan pekerjaan atau berkurang pendapatannya sangat potensial memukul daya beli,” ujarnya, Senin 11 Mei 2020.

Efek selanjutnya, sambung Gunawan, adalah konsumsi mengalami penurunan. Padahal kuartal II ini ada ramadhan dan idul fitri.

Kalau dibandingkan dengan kuartal I, harusnya momen ini akan mendongkrak konsumsi rumah tangga, yang bisa menjaga pertumbuhan ekonomi. Namun, bagaimana kalau konsumsi di kuartal II ini ternyata lebih buruk dari kuartal I.

“Kalau membandingkan secara yoy (year to year), kuartal II ini jelas akan lebih buruk dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya. Dan apakah akan berakhir disitu? Tentunya tidak, semua sektor lainnya yang selama pandemi juga terpukul saat ini hingga berlanjut beberapa bulan yang akan datang. Jika banyak anggaran digunakan untuk menalangi kebutuhan masyarakat selama Covid-19. Lantas uang yang mana yang bisa kita pakai untuk pembangunan,” sebut Gunawan.

BACA JUGA:  Pemkab Langkat Gandeng Pihak Ketiga Kendalikan Inflasi

Jika berandai Covid-9 ini selesai di Juni, lantas bukan berarti aktivitas ekonomi bisa langsung pulih secara instan. Masih perlu waktu baik industri, konstruksi, ekspor impor, investasi maupun konsumsi rumah tangga untuk pulih. Bahkan, yang paling mungkin bisa diandalkan adalah belanja pemerintah. Namun, kondisinya kian memburuk kalau penyebaran corona kian meluas.

“Saya masih optimis kuartal II ini pertumbuhan ekonomi Sumut masih mampu tumbuh di atas 1 persen. Kalau berbicara pertumbuhan minus memang bisa saja terjadi, namun melihat apa yang dilakukan pengambil kebijakan di wilayah Sumut yang tidak begitu ketat memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), saya yakin pertumbuhan minus itu masih jauh,” cetusnya.

BACA JUGA:  Koleksi Terbaru Produk Premium LG Kini Tersedia di Medan

Oleh karena itu, Gunawan menyarankan agar masyarakat menghilangkan kebiasaan konsumsi berlebihan selama ramadhan atau idul fitri yang selama ini terbentuk. Kebiasaan yang sudah membudaya itu seperti menyediakan banyak makanan dan minuman seperti kue kering, maupun hidangan lain yang berlebihan.

Kebiasaan membeli pakaian baru, jalan-jalan dan kebiasaan mubazir lainnya. Tahun ini sebaiknya kebiasaan itu bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan karena sikap boros akan memperburuk kondisi finansial rumah tangga.

“Ada baiknya jika punya uang lebih ditabungkan untuk memenuhi kebutuhan selama pandemi atau digunakan untuk membantu mereka yang tengah mengalami kesulitan. Jangan berharap terlalu berlebihan jika pandemi akan segera berakhir. Lakukan upaya untuk bertahan hidup selama pandemi berlangsung,” tukasnya. (*)

 

Reporter : Rayyan Tarigan
Editor       : Iqbal Hrp
Foto           :

Konten Terkait

Tips Strategi Investasi Saham Akhir Tahun

Editor prosumut.com

Menanti Rilis Pertumbuhan Ekonomi, Rupiah dan IHSG Was-was

admin2@prosumut

PT Monex Medan Ajak Berinvestasi Lewat Digital

Editor Prosumut.com