PROSUMUT – Setiap turun hujan kawasan Jalan Anggrek Raya dan Jalan Bunga Terompet Medan kerap dihantui banjir. Bahkan genangan air hingga mencapai tinggi satu meter itu sangat mengganggu aktivitas warga dari dan menuju rumah.
Seperti yang dikatakan Iwan (45) salah satu warga Jalan Anggrek Raya yang menuturkan banjir ini selain terjadi di di Jalan Anggrek Raya juga terjadi di Jalan Bunga Terompet karena diakibatkan meluapnya air di Jalan Anggrek Raya.
Dijelaskannya, Jalan Anggrek Raya sebagai lintasan air saluran dari Jalan Setia Budi. Lalu masuk ke Jalan Anggrek Raya dan kemudian di Jalan Bunga Terompet tidak mampu menampung debit air yang masuk.
Maka terjadilah banjir yang sangat tinggi di Jalan Bunga Terompet dan banjir tersebut bisa mencapai 1 meter.
“Saya berharap sebagai salah satu perwakilan di Jalan Anggrek Raya dibuatkan crossing di simpang Jalan Assisi tembus ke Jalan Nusa Indah yakni di komplek Pemda yang masuk ke Jalan Melati Raya. Nah, di sana ada gorong-gorong ukuran 1,5 × 1,5 meter. Disitulah nanti tempat untuk mengatasi banjir di Jalan Anggrek Raya ini,” harapnya pada wartawan, Senin 30 Maret 2021.
Iwan menuturkan lebih lanjut bila di lakukan pengorekan sudah tidak bisa lagi, lantaran harus ada pekerjaan atau pelebaran saluran air. Karena dimensi yang melewati di Komplek Pemds itu tidak memungkinkan maka harus dibesari dulu dimensi salurannya.
“Jadi apabila terjadi hujan air yang masuk itu kan banyak. Nah, surutnya itu bisa sampai makan waktu berjam-jam bisa sampai 7 jam di Jalan Bunga Terompet. Saya rasa, solusinya di Jalan Anggrek Raya. Kondisi (banjir) ini terjadi setiap hujan turun dengan intensitas tinggi walau 1 jam saja pasti banjir. Dan, ini sudah terjadi bertahun-tahun. Meluap di Jalan Anggrek Raya dan banjir di Jalan Bunga Terompet,” ungkapnya.
Selama ini, sambung Iwan hanya sebatas rencana dan wacana saja yang terdengar untuk mengatasi banjir tersebut. Padahal dari Pemko Medan bersama kepling Kelurahan Sempakata sudah ada survei jalur crossing tadi.
“Sudah masuk musrembang tahun 2020 di Kelurahan Simpang Selayang pada waktu itu. Terus dilakukan survei saja namun hingga ini tidak ada realisasinya,” imbuhnya.
Ada 2 kelurahan dan 4 lingkungan yang terdampak akan banjir ini. Yakni Kelurahan Simpang Selayang Lingkungan VII dan Lingkungan XV. Lalu, Kelurahan Sempakata, Lingkungan II dan III.
“Bila banjir sangat berimbas pada warga yang akan berangkat kerja dan pulang kerja. Karena air belum surut dan masih menggenang. Bahkan sebagian air juga masuk ke rumah warga. Sangat mengganggu sekali lah. Apalagi lampu jalan di Jalan Anggrek Raya juga hanya dimiliki beberapa titik saja,” katanya.
Sementara itu, Kepala Lingkungan VII, Kel Simpang Selayang yang disapa Pak Sembiring mengatakan bajir di Lingkungan II Kelurahan Sempakata memang berasal dari debit air kiriman dari Lingkungan VII bila saat hujan.
“Namun kami gak tahy persoalan di Lingkungan II itu seperti apa. Jadi memang kami bisa memdukung apabila ada yang dibutuhkan oleh Lingkungan VII. Jadi apa yang kira-kira bisa kita bantu akan kita bantu,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Lingkungan II Kel. Sempakata, Hendrik saat dihubungi mengatakam banjir sering terjadi di lingkungan II, VI dan I.
“Saya di jalan trompet lingkungan II. Kalau sedikit aja memang tidak banjir. Tapi kalau sudah satu jam hujan ketinggian bajir bisa sampai selutut dewasa. Kantor lurah pun masuk itu.Itu karena air dari Simpang selayang masuk ke sini semua. Drainase tidak mampu menampung. Kalau air bisa dibuang ke Flamboyan ini aman, tapi Drainase nya tidak membuang ke sana. Kondisi ini sudah bertahun-tahun kami rasakan. Kami harapkan Pemko Medan bisa mendengar keluhan ini,” pungkasnya. (*)
Editor : Iqbal Hrp
Foto :