PROSUMUT – Bulan Agustus ini, Sumut berpeluang mencetak inflasi. Hal ini didorong oleh harga sejumlah kebutuhan pokok yang memang sedikit lebih tinggi dari rata-rata bulan Juli.
“Dampak dari perayaan Idul Adha di akhir bulan Juli, ditambah erupsi Gunung Sinabung menjadi kontributor paling besar terhadap pembentukan inflasi di bulan Agustus,” ujar pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Jumat 28 Agustus 2020.
Disebutkannya, beberapa komoditas pangan seperti cabai mengalami rata-rata kenaikan harga tipis. Untuk harga cabai merah dan cabai rawit selama bulan Agustus mengalami rata rata kenaikan 8 persen hingga 10 persen. Meskipun sepekan menjelang akhir bulan Agustus ini harga cabai rawit bergerak dalam kecenderungan turun.
“Harga cabai rawit di bulan Agustus turun dari kisaran Rp 34 ribu perkilogram (perkg), saat ini hanya Rp 20 ribu perkg. Demikian halnya juga dengan cabai merah yang turun dari kisaran Rp 26 ribu menjadi Rp 23 ribuan saat ini. Namun, penurunannya terjadi di hari-hari terakhir, sehingga secara ratarata masih mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya,” ungkap Gunawan.
Selanjutnya bawang putih yang juga mengalami kenaikan rata-rata Rp 12 persen hingga 22 persen. Untuk bawang putih ini harganya sangat bergantung pada harga di luar, karena umumnya didatangkan dengan cara impor.
Kemudian, harga minyak goreng juga mengalami kenaikan seiring dengan harga CPO dari kisaran 2.400 ringgit perton menjadi 2.700 ringgit perton.
“Sejumlah harga komoditas sayur-sayuran akibat erupsi sinabung juga akan memberikan kontribusi pada pembentukan laju inflasi dari tanaman, seperti tomat, kol, brokoli dan sayuran lainnya. Harga telur ayam juga rata rata mengalami kenaikan rata rata 3 persen,” paparnya.
Sementara itu, sejumlah harga komoditas yang mengalami penurunan diantaranya adalah bawang merah. Harganya anjlok sekitar 10 persen hingga 14 persen. Sedangkan kinerja harga kebutuhan pokok lainnya, seperti daging ayam turun sekitar 10 persen dan gula pasir turun sekitar 1 persen.
“Dari perhitungan yang saya lakukan, diperkirakan bulan ini (Agustus) Sumut akan merealisasikan inflasi tipis dalam rentang 0,05 persen hingga 0,13 persen,” cetus Gunawan.
Akan tetapi, sambung dia, di bulan depan harus mewaspadai kemungkinan deflasi. Sebab beberapa harga kebutuhan pokok masyarakat di akhir bulan ini geraknya mengalami penurunan dan sepertinya akan berlanjut hingga bulan depan.
“Ditambah lagi ada bulan Muharram yang selalu menjadi bulan dimana belanja masyarakat mengalami penurunan. Sejauh ini, aktivitas di pasar tradisional terus mengalami penurunan. Rentang penurunan omset penjualan itu beragam antara 15 persen hingga 30 persen. Aktivitas yang turun ini sangat berdampak pada potensi penurunan harga kebutuhan pokok masyarakat nantinya,” pungkasnya. (*)
Editor : Iqbal Hrp
Foto :