PROSUMUT – Wakil Ketua DPRD Medan Iswanda Ramli mengikuti Dzikir Akbar bersama ratusan warga Polonia di Lapangan Baronet Jalan Starban, Medan Polonia, Minggu (27 Januari 2019). Selain ibadah guna lebih mendekatkan diri kepala Allah, kegiatan dzikir tersebut digelar untuk menjaga persatuan dan kesatuan jelang Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2019.
Sebab, suasana politik menjelang pesta demokrasi ini kian memanas. Perbedaan pilihan menjadi polemik, bahkan tak jarang menimbulkan konflik dan berujung perpecahan.
Masing-masing kubu membela mati-matian pasangan yang dibela. Seolah kubu A, pasti benar dan harus dibela mati-matian.
Sedangkan kubu lain pasti salah dan harus dihujat atau di-bully. Demikian juga sebaliknya, dan begitu seterusnya.
“Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, agama yang membawa kesejukan dan kedamaian. Untuk itu, perbedaan pilihan jangan sampai merusak tali silaturahmi atau persaudaraan yang telah terjalin selama ini. Justru sebaliknya, malah semakin memperkuat persatuan dan kesatuan,” ungkap pria yang akrab disapa Nanda dalam sambutannya.
Diutarakan Nanda, perbedaan pilihan politik dalam demokrasi merupakan perbedaan lumrah. Idealnya, hajatan lima tahunan ini walaupun berbeda-beda pilihan tetap dalam kondisi sejuk dan damai.
“Sebagaimana kita ketahui peribahasa, ‘bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’. Menjadi sangat ironis jika hanya karena perbedaan pilihan, keutuhan dan kesatuan tercabik dan terenggut,” sebut Nanda.
Menurut dia, kegiatan dzikir akbar ini dapat dijadikan momen untuk memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Selain itu, bersyukur kepada Allah karena masih diberikan kesehatan dan nikmat dalam kehidupan ini.
“Kita patut bersyukur diberi kesempatan hidup sampai sekarang. Jadi, marilah memperbanyak bekal amal untuk di akhirat nanti. Tak lupa, semoga 2019 yang menjadi tahun politik berjalan penuh kedamaian dan jauh dari bencana,” tuturnya.
Lebih lanjut Nanda mengatakan, dalam sebuah hadist disebutkan bahwa orang yang pandai atau beruntung adalah orang yang mengintropeksi dirinya dan beramal pada kebaikan sebagai modal kematian kelak.
Sebaliknya, orang yang merugi adalah orang yang selalu tunduk pada hawa nafsunya dan hanya mengharapkan kepada Allah dengan berbagai angan-angan.
“Umar Bin Khatab pernah berkata, ‘hisablah dirimu sebelum kelak engkau dihisab’. Oleh karenanya, lewat kegiatan dzikir akbar ini hendaknya menjadi momen yang tepat untuk mengevaluasi diri atas berbagai amal yang telah dilakukan. Tujuannya, agar kehidupan lebih baik bermakna dihadapan Allah,” imbuhnya.
Turut hadir, Anggota DPR RI Meutya Hafid, tokoh pemuda Akbar Himawan Buchari, beberapa majelis taklim ataupun perwiridan dan ratusan masyarakat Medan Polonia.
Meutya Hafid pada sambutannya menyampaikan, dzikir ini merupakan bagian menggalakkan semangat persatuan dan kesatuan. Dengan semangat ini, maka kedamaian terus tercipta.
“Kita ini bersaudara, jangan karena pesta demokrasi akibat isu-isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan menjadi terpecah belah. Pilihan boleh berbeda tetapi persaudaraan, persatuan dan kesatuan harus tetap utuh bahkan semakin erat,” pungkasnya.(*)