PROSUMUT – Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dibawah kepemimpinan Franc Bernhard Tumanggor, terus melakukan upaya dan inovasi terbaru ke Kabupaten Pakpak Bharat, khususnya dalam rangka peningkatan ketahanan pangan dari berbagai sektor, seperti sektor pertanian, perikanan dan sektor lainnya, yang nantinya akan bermuara pada kesejahteraan masyarakat.
Terkini, Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat akan mengembangkan budidaya ikan dengan teknologi sistem bioflok. Teknologi tersebut telah banyak diterapkan diluar Provinsi Sumatera Utara.
Hal ini disampaikan Bupati Franc Bernhard Tumanggor, didampingi oleh kadis pertanian, Jabendeus Banjarnahor, SP, usai menerima kunjungan Balai Perikanan Budidaya Laut Batam, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,KKP, di Pendopo Bupati Pakpak Bharat, Salak Rabu (08/03).
Agung Darmono,S.Pi,Perekayasa Madya, Balai Perikanan Budidaya Laut Batam, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,KKP, menjelaskan Sistem Bioflok adalah salah satu teknologi budidaya ikan, yakni suatu teknik budidaya melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan oksigen dan pemanfaat mikroorganisme yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan.
Prinsip kerja bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang mengandung karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen menjadi massa lumpur atau sludge. Cara ini didapatkan dengan menggunakan bakteri pembentuk flok yang memiliki sifat biopolymer polihidroksil alkanoat sebagai ikatan bioflok tersebut.
” untuk di Provinsi Sumatera Utara,Sistem Bioflok ini baru diterapkan di dua kota yaitu di Kabupaten Pakpak Bharat dan kota Siantar” katanya.
Menurut Agung Darmono,S.Pi, Penerapan sistem bioflok melalui rekayasa lingkungan dengan mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme mampu menjadikan hasil panen melonjak tiga kali lipat dibanding sebelumnya.
“Jika kita perbandingkan dengan budidaya sistem konvensional adalah sistem bioflok ini tidak banyak memakan tempat sehingga untuk daerah perkotaan juga sangat cocok diterapkan. Sistem bioflok ini juga hemat air karena tidak ada pergantian air tetapi hanya memerlukan penambahan air sedikit setiap hari saja serta bisa memelihara dengan kepadatan tinggi.
Disamping itu, inovasi teknologi budidaya ikan ini juga membuat penggunaan pakan lebih efisien. Misalnya pada metode budidaya konvensional nilai Feed Convertion Ratio (FCR) rata-rata sekitar 1,5 maka dengan teknologi bioflok Feed Convertion Ratio (FCR) dapat mencapai 0,8 hingga 1,0. Artinya, untuk menghasilkan 1 kg daging ikan pada sistem konvensional memerlukan sekitar 1,5 kg pakan. Sedangkan dengan metode bioflok, hanya memerlukan 9,8 hingga 1,0 kg pakan ikan.
Di berbagai daerah, bioflok terbukti efisien dibanding sistem konvensional, bahkan meningkatkan produktivitas lebih dari 3 kali lipat. Contohnya pada kolam dengan rata-rata padat tebar 1.000 ekor/m3 dengan ukuran diameter 3 meter, maka dapat ditebar sekitar 3.000 ekor benih lele.
Bupati Pakpak Bharat, Franc Bernhard Tumanggor,Selasa (08/03), menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kementrian Kelautan & Perikanan (KKP), karena Kabupaten Pakpak Bharat telah mendapat kuota alokasi Bioflok untuk tahap awal sebanyak 6 kolam, dengan kapasitas 30 ribu ekor ikan nila. Rencananya, program ini langsung dimulai bulan depan, sehingga waktu panen diperkirakan pada bulan Juni-Agustus depan.
“Dengan adanya program ini, selain memenuhi kebutuhan di Kabupaten Pakpak Bharat juga diharapkan bisa memerangi kasus stunting di Kabupaten Pakpak Bharat sebab protein yang terkandung didalam ikan sangatlah tinggi.”katanya sambil berharap pengembangan ikan jurung juga bisa diterapkan dengan sistem bioflok ini.
Sementara itu Kadis Pertanian,Jabendeus Banjarnahor, SP, mengatakan bahwa program pengembangan sistem bioflok di Kabupaten Pakpak Bharat yang telah dialokasikan dari KKP ini merupakan dukungan dari Bupati Pakpak Bharat yang peduli dengan sektor perikanan terutama budidaya ikan air tawar.
“Kita sudah memberangkatkan SDM kita dari seksi perikanan ke balai benih perikanan dan saat ini sudah pulang dan siap untuk menerapkan bioflok kepada masyarakat. Distimulan dari pengembangan bioflok juga sangat mendukung untuk penurunan angka stunting karena adanya program biofolk ini secara otomatis bisa meningkat gizi di masyarakat” ujarnya. (*)
Editor : Iqbal Hrp