Prosumut
FilmHiburan

Bumi Manusia, Menerjemahkan Pikiran Sastrawan Pram ke dalam Film

PROSUMUT – Nama besar Sastrawan, Penulis, dan Wartawan, Pramoedya Ananta Toer, selalu dikenang lewat tulisan-tulisan dan bukunya. Tahun 2019 ini, akan menjadi tahunnya Pramoedya Ananta Toer atas perjuangannya selama puluhan tahun dalam berkarya.

Perjuangan Pram di masa lalu, diekspresikan lewat film garapan Falcon Pictures. Yakni film Bumi Manusia dan Perburuan yang diangkat berdasarkan novel Mahakarya Pramoedya.

Produser Falcon Pictures, Frederica mengaku bangga mendapatkan kesempatan untuk memproduksi film Bumi Manusia dan Perburuan. Hal itu seperti anugerah untuk menyandingkan 2 Mahakarya Pramoedya Ananta Toer.

“Seperti yang diungkapkan Pram, bahwa semua karya miliknya adalah anak rohani-Nya. Semua memiliki rezeki sendiri-sendiri. Sebuah prestasi buat kami bisa menayangkan secara bersamaan karya Pram,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis 4 Juli 2019.

Film Bumi Manusia dan Perburuan akan tayang serentak di seluruh bioskop di Indonesia pada 15 Agustus 2019.

Film Bumi Manusia akan menghadirkan pemeran yaitu Iqbaal, Mawar De Jongh, Ine Febriyanti, Ayu Lkasmi, DonnyDamara, Giorgino Abraham, Bryan Domanu, Jerome Kurnia, Hans De Krekker, Ciara Brosnan, dan Christian Sugiono. Sedangkan film Perburuan diperankan oleh Adipati Dolken, Ayushita, Ernest Samudra, Khiva Iskak, Michael Kho, Rizky Mocil, dan Egy Fredly.

Sutradara film Bumi Manusia, Hanung Bramantyo mengungkapkan rasa terima kasih kepada semua pihak, yang membuatnya bisa terlibat dalam Bumi Manusia.

Hanung mengucapkan apresiasinya kepada keluarga Pram dan pengagum Pram sudah mempercayakan dirinya untuk menggarap Mahakarya.

“Terima kasih tak terhingga kepada almarhum Pak Pramoedya beserta keluarga atas karya tetralogy yang hebat ini. Membuat film karyanya Pak Pram bukan pekerjaan. Tapi ini pengabdian pada kemanusaiaan, keadilan, dan cinta,” kata Hanung.

Bahwa menurut Pram, kata Hanung, cinta bukan hanya antara 2 manusia laki-laki dan perempuan. Akan tetapi juga cinta kepada keabadian, cinta, dan keadilan. Mencintai seseorang bukan hanya karena fisik, tetapi juga ada alasan untuk melakukan perlawanan.

“Itu susah. Itu berat. Buat saya itu sesuatu yang terbuka. Cinta bukan karena cantik atau pintar, khususnya Bumi Manusia menyampaikan pesan bahwa memutuskan untuk mencintai seseorang ada alasannya, sebuah perlawanan, kesadaran. Ketika saya mencintai kamu saya siap rasakan tragedi. Bukan cintanya doang tetapi ada rasa kehilangan, rindu, enggak tahu sampai kapan rindu itu terbalaskan. Belum tentu miliki rindu itu,” jelasnya.

Maka Hanung menyebut pekerjaan ini sebagai berkah. Sebuah pengabdian terhadap tokoh besar.

Bumi Manusia merupakan karya pertama dari Tetralogi Buru karya Pram pada 1980. Buku ini ditulisnya ketika masih diasingkan di Pulau Buru bersama ribuan tahanan politik lain karena dicap sebagai komunis.

Bumi Manusia bercerita tentang Minke, salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS, sekolah khusus orang keturunan Eropa. (*)

Konten Terkait

Cerita di Balik Thor Gendut di ‘Avengers: End Game’

Editor prosumut.com

Telkomsel Ajak Pelanggan Medan, Pekanbaru dan Palembang Nobar Film Until Tomorrow

Editor prosumut.com

GN’R & Kemagisan November Rain

Val Vasco Venedict