PROSUMUT – Puluhan peserta lomba foto on the spot ramai mengabadikan Kawasan Kota Tua Medan. Dari Kawasan itu, Plt Walikota Medan AKhyar Nasution yang ikut mengabadikan sejumlah bangunan tua sekali-kali bercerita kepada peserta lainnya.
Dari cerita dan dokumentasi foto para fotograper ini, kecantikan wajah kota semakin ditonjolkan dan nilai ekonomi di Kota Medan juga diyakini tumbuh.
Tepat di Gedung Waren Huis, pernyataan tersebut disampaikan Akhyar kepada para fotograper yang sedang mengikuti lomba foto on the spot yang digelar FPI Kota Medan, dalam rangkat peringatan HUT ke 16.
Sebelum mengabadikan moment-moment Gedung tua, supaya fotograper punya cerita tentang moment. Akhyar terlebih dahulu bercerita tentang kenangannya masuk ke Gedung Waren Huis. Pada tahun 1970-an, saat itu masih menjadi siswa Sekolah Dasar (SD).
Gedung Waren Huis merupakan Kantor Departemen Pendidikan Kota Medan, tempat digelarnya acara cerdas cermat SD tingkat Kota Medan.
“Saya terkesan dengan tempat ini, karena dulu tahun 1970-an, saya SD mewakili kecamatan Medan Timur untuk lomba Cerdas Cermat tingkat Kota Medan,” katanya kepada peserta lomba foto PFI Kota Medan, Minggu 8 Maret 2020.
“Waw, sekarang sudah gak ada lagi Pak. Berarti bapak terpilih diantara orang-orang pintar Medan ya,” jawab Said sambil ditanggapi tertawa fotograper lainnya dan Akhyar pun tertawa.
Setelah itu, Akhyar menceritakan, bangunan tua di Kota Medan. Sebagian besar bangunan tua di Kota Medan menjadi satu Kawasan sendiri, sehingga sangat mudah untuk mengelola dan menatanya.
Persoalannya juga tidak besar. Sehingga waktu penyelesaian agar kota tua ini cantik secara visual, dan nilai ekonomi tumbuh-karena akan dijadikan pusat ekonomi kreatif baru di Kota Medan.
“Waktu saya ke Semarang, saya baru tahu untuk mengelola kota tua, Pemkot Semarang sudah merencanakannya sejak tahun 1994. Baru terlaksana pada tahun 2016, dan kini sudah menjadi pusat ekonomi kreatif di Semarang. Di Semarang itu, kota tuanya lama tidak dikelola, kemudian kawasannya banjir, serta menjadi sarang preman. Jika kita bandingkan, kota tua Medan tidak banjir dan menjadi sarang kejahatan. Jadi saya yakin dalam dua tahun saja, jika infrastruktur dan fasilitasnya sudah siap dibangun. Langsung bisa menghasilkan nilai ekonomi dan membuka tenaga kerja,” paparnya.
Dia menambahkan, fasilitas dan infrastruktur Kota Medan tidak kalah dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Pemko Medan pada tahun 2020 lebih banyak bekerja merapikan kota, sehingga secara visual dapat lebih ditonjolkan di Kota Medan, dan kota ini bisa lebih baik lagi ke depan.
“Saya melihat kota tua ini seperti harta karun kota. Harta karun itu bernilai besar jika dikelola, dan kota tua inilah yang akan kita kelola agar tampil instagramable. Jika Kawasan ini dihidupkan, diyakini para wisatawan akan banyak datang. Sebab, cerita Gedung-gedung tua di Medan sangat banyak kisahnya. Sehingga, wisatawan local dan macanagera seperti dari Singapura dan Malaysia akan ramai mengunjungi Kawasan Kota Tua Medan. Karena di kota tua ini, Gedung Waren Huis akan dijadikan galeri ekonomi kreatif kota Medan, dan Sumut. Tapi, untuk menjadi galeri, Gedung ini (Waren Huis, Red) akan direnovasi, dengan tidak menghilangkan nilai historisnya,” ucapnya.
Saat disinggung upaya Pemko Medan untuk mengelola kota tua ini, Akhyar menyebutkan, pada awalnya kami akan membentuk tim pengelola kota tua yang akan bekerja sehari-hari mempercepat terlaksananya kota tua menjadi tempat wisata heritage dan pusat ekonomi kreatif kota Medan.
Setelah adanya tim, maka pemilik gedung di kawasan Kesawan akan dikumpulkan, untuk diberitahukan rencana Pemko Medan, dan ditunjukkan design kota tua. Dengan cara ini, politisi PDIP ini meyakini para pemilik bangunan bersepakat.
“Sebab, rencana pengelolaan kota tua ini bukan hanya cantik dari visual, melainkan ada nilai ekonomi yang besar. Di Kota Semarang bisa dilihat contohnya, dari hanya gedung-gedung sejarah tak terkelola, kini dari hanya sekedar menampilkan saja dan berjual souvenir pertumbuhan ekonominya empat kali lipat. Bahkan, ada satu galeri milik Gedung Telkom, pertahunnya bisa memiliki omset yang terus meningkat setiap tahunnya hingga 2019 kemarin satu galeri yang dimiliki PT Telkom bisa menghasilkan rata-rata per bulan Rp350 juta. Cara inilah yang mau kita tiru, ini sangat baik bagi Kota Medan yang berdekatan dengan sejumlah negara tetangga seperti Malaysia, dan Singapura,” tambahnya.
Di tengah-tengah hunting foto, ada seseorang bernama AKong. Pria kelahiran kesawan pada tahun 1933 banyak bercerita tentang Waren Huis. Dari cerita itu, Akong juga menceritakan Kawasan sekitarnya.
Bahkan, dia datangi Akhyar karena sudah mendengar akan dikelolanya Kawasan Kota Tua menjadi lokasi wisata kota baru di Kota Medan.
Dari cerita Akong itu, Akhyar tahu warga di sekitar kesawan mulai mendukung langkah Akhyar mengelola kota tua Medan.
“Saya sekarang tambah bersemangat setelah Pak Akong tadi cerita, semoga seluruh pemilik dan warga di sekitar kesawan mendukung langkah ini. Karena hasil transaksi ekonomi ini akan kembali ke pemilik bangunan dan warga sekitar,” sebutnya.
Usai mendengar cerita Akong, Akhyar berjalan menelusuri kota tua dan mengabadikan Gedung-gedung tua tersebut. Setelah berkeliling, dan para fotograper juga mengabadikan Gedung aktivitas di kota tua. Perjalanan akhirnya berpencar mencari moment-moment unggulan untuk diperlombakan.
“Kami sangat terbuka kepada semua komunitas penghobi, foto dan komunitas lainnya serta pengusaha untuk berpartisipasi kemajuan kota Medan terkhusus di Kawasan kota tua. Saat ini Pemko Medan focus kepada bagaimana mengelola kota tua Medan,” sebutnya. (*)