PROSUMUT – Mata uang rupiah terpuruk di atas 14.600 pada penutupan perdagangan hari ini. Kinerja rupiah yang terpuruk tersebut, justru terjadi saat Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate menjadi 4 persen.
Menurut pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin, pada dasarnya penurunan suku bunga acuan ini menjadi kabar baik karena ada dorongan dari sisi moneter untuk memacu pertumbuhan di tengah masa Covid-19 ini.
“Di tengah kondisi melambatnya permintaan pembiayaan ditambah dengan perlambatan dana pihak ketiga dan risiko besar dari resesi ekonomi yang bisa memicu kenaikan resiko, membuat titik keseimbangan besaran bunga acuan perbankan sulit diseragamkan,” ujar Gunawan, Kamis 16 Juli 2020.
Sementara, dari sisi eksternal perkembangan hubungan dagang antara Cina dan AS masih memanas belakangan ini. Presiden AS justru berencana ‘mengisolasi’ Cina dengan sejumlah kebijakannya. Ketegangan juga masih berlanjut di wilayah laut Cina Selatan.
Tak hanya itu, IMF lagi-lagi memberikan pernyataan pesimis terkait dengan pertumbuhan ekonomi global, dimana memperhitungkan kemungkinan serangan Covid-19 gelombang kedua.
Ekspektasi tersebut jelas akan mempengaruhi psikologis pasar dan membuat ekspektasi pemulihan ekonomi global akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
“Pada hari ini, kinerja IHSG ditutup menguat di level 5.098,37 atau naik 0.44 persen. IHSG masih sulit untuk menembus level 5.100, dan cenderung rawan aksi profit taking saat menyentuh level psikologis tersebut. Namun, kinerja mata uang rupiah hari ini mengalami keterpurukan yang sangat dalam, dimana diperdagangkan melemah di level 14.625 per US Dolar pada sesi penutupan perdagangan hari ini,” imbuhnya. (*)
Reporter : Rayyan Tarigan
Editor : Iqbal Hrp
Foto :