PROSUMUT – Seiring meredanya kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia, metode perkuliahan secara tatap muka mulai dilaksanakan kembali. Inilah yang dialami oleh Setia Hotnatio Pasaribu, mahasiswi di salah satu universitas terbaik di Magelang, Jawa Tengah.
Untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak bisa diprediksi, orang tua Setia memutuskan untuk mendaftarkan semua anggota keluarganya menjadi peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas tiga.
Untungnya Setia sudah menjadi peserta JKN sebab selang beberapa waktu kemudian, ternyata Setia mengalami hipertiroid. Kondisi ini terjadi karena kelenjar tiroid yang terlalu aktif dalam melepaskan hormon dalam aliran darah.
Penyakit tersebut jika tidak segera mendapatkan penanganan dokter maka akan berakibat fatal. Perlahan namun pasti, gejala penyakit ini semakin bermunculan di dalam tubuh Setia.
“Diawali dengan demam dan badan saya sakit pegal di bagian tertentu. Tidak lama kemudian, muncul gejala yang semakin meyakinkan saya kalau ini sakit hipertiroid, mata saya menonjol keluar dua-duanya,” jelas Setia, Rabu 29 November 2023
Diutarakan Setia, kalau jenis tiroid yang ia alami masih ditahap yang tidak terlalu serius, sehingga dokter menyarankan untuk terapi obat saja. Semua obat yang dikonsumsi ditanggung oleh BPJS Kesehatan dan tidak pernah merasa kekurangan obat.
“Minum obat sudah seperti kewajiban untuk saya. Tiada hari tanpa minum obat. Tetapi, demi kebaikan saya dan agar orang tua saya tidak terlalu risau dengan keadaan saya, maka mau tidak mau saya harus terus melakukannya. Saya bersyukur kondisi kesehatan saya perlahan membaik seiring dengan saya rajin mengonsumsi obat,” ungkap Setia.
Sudah jatuh tertimpa tangga, merupakan keadaan yang dialami oleh Setia kala itu. Tidak lama setelah menderita penyakit hipertiroid, ia mengalami sebuah insiden.
Perempuan berusia 24 tahun ini tidak sengaja terjatuh yang menyebabkan pipi kirinya terhantam lantai dan mengalami mati saraf di daerah rahangnya. Hal tersebut mengharuskan Setia untuk melakukan check up guna melihat perkembangan sarafnya. Mulai dari dokter gigi, dokter bedah mulut, hingga dokter saraf sudah ia datangi.
“Saya waktu itu selalu berobat sendirian, tidak ada orang tua. Namun, entah kenapa rasanya selama saya ada BPJS Kesehatan untuk membantu saya, saya merasa aman seperti dilindungi. Tidak ada kata lain selain terima kasih yang dapat saya ucapkan kepada manfaat dari BPJS Kesehatan ini,” ujar Setia.
Pengobatan lebih lanjut dilaksanakan di Medan oleh Setia ketika sudah menamatkan pendidikannya dari Magelang. Ia menyebutkan cepat atau lambat akan melakukan operasi untuk penyembuhan saraf di rahangnya.
Kondisi Setia yang berjarak jauh dari orang tuanya membuatny harus melalui proses tersebut sendirian. Berdasarkan informasi yang diberikan Setia, ia menyampaikan bahwa alasan kedatangannya ke Kantor BPJS Kesehatan Cabang Medan adalah untuk mengganti fasilitas kesehatan yang lebih dekat dengan rumah sakit tempatnya operasi.
“Mungkin tidak lama lagi operasinya akan dijalankan. Saya rasa lebih baik kalau fasilitas kesehatan yang saya miliki berada di sekitaran tempat saya operasi yaitu di Rumah Sakit Murni Teguh.
Bersyukur sekali saya rasanya telah menjadi peserta BPJS Kesehatan dengan segala dampak positif yang selalu saya rasakan terlebih dengan bantuan biaya yang penuh ditanggung BPJS Kesehatan. Rasanya kalau ada kejadian seperti ini dan saya belum menjadi peserta BPJS Kesehatan, akan saya pastikan saya menyesal,” tandas Setia. (*)
Reporter: Nastasia
Editor: M Idris