Prosumut
EkonomiLifestyle

Tren Gowes Saat Pandemi, Rezeki Nomplok Pemilik Toko

PROSUMUT.COM – Roda ekonomi di pasar sepeda di Medan kembali berputar. Seiring gowes jadi gaya hidup baru di berbagai daerah.

Para pedagang sepeda pun mencatat kenaikan omzet.

‘’Dibanding dulu, peningkatan penjualan cukup tinggi,’’ kata Surya, pemilik toko sepeda “Sun Bike” di bilangan Jalan Gatot Subroto, Medan, Selasa 23 Juni 2020.

Perniagaan di pasar sepeda pasang surut seiring zaman. Kini, wabah korona berbuah hikmah.

Asa kembali muncul di pasar tersebut. Seiring bersepeda yang kembali digemari sebagai sarana rekreasi dan olahraga.

‘’Yang cukup laris jenis MTB (mountain bike) atau sepeda tua untuk dimodifikasi,’’ sebut Surya yang berdagang sejak 2010 itu.

Menurut dia, pasar sepeda mulai ramai kembali sejak dua bulan terakhir. Selain sepeda baru, sepeda bekas pun laris manis. Sebelum pandemi Covid-19, belum tentu satu sepeda terjual sehari.

BACA JUGA:  Pasar Akik Direvitalisasi

Kini, Surya rata-rata mampu menjual dua unit setiap hari.

‘’Tapi setiap hari harga naik terus. Keuntungan kemarin dari menjual satu sepeda tidak cukup untuk membeli sepeda jenis yang sama hari ini,’’ bebernya.

Harga naik lantaran permintaan tinggi tak sebanding dengan ketersediaan barang.

Koh Boya, staf karyawan Toko Sepeda “Sentosa” di di kawasan Jalan Pandu, Medan menyebut setiap hari distributor menaikkan harga sepeda. Dia hanya menyesuaikan di kiosnya.

‘’Mulai ramai sejak Ramadan. Setiap hari rata-rata laku tujuh sepeda. Tapi, karena toko kehabisan stok dan harganya naik, otomatis kami juga menaikkan harga,’’ kata pedagang sejak 1976 itu.

BACA JUGA:  Mitra Binaan Pertamina Ekspor Perdana 2,5 Ton Kerupuk Kulit Ikan Patin ke Malaysia

Disebutkan beberapa jenis sepeda digandrungi selama masa pandemi. Selain folding bike (sepeda lipat), mountain bike (MTB), dan road bike, mini track atau yang lebih dikenal dengan sepeda mini juga digemari masyarakat.

Hingga jasa bengkel sepeda pun ketiban rezeki. Bahkan, ada yang membuka bengkel dadakan khusus sepeda mini.

‘’Umumnya pemesan datang bawa rangka dan komponen lain, lalu saya rakit jadi sepeda mini,’’ kata Lukmanul Hakim.

Lukman adalah mantan pekerja migran. Pulang ke Medan September tahun lalu. Dihinggapi kebosanan lantaran sulit kembali ke luar negeri, dia iseng merakit satu sepeda goyang. Orang-orang pun menanyakan sepeda mini kepada Lukman.

‘’Saya coba-coba saja. Ternyata jadi, sejak itu saya menerima pesanan,’’ ujarnya.

BACA JUGA:  Manfaat Jadi Mitra UMKM Binaan Bank Indonesia, Omzet Meningkat 100 Persen hingga Promosi Gratis

Pemilik bengkel di kawasan Brayan itu tengah menggarap empat pesanan sepeda mini. Tiga sepeda mini sudah dia rakit sebelumnya.

Rata-rata butuh biaya sekitar Rp 2 juta. Lukman minta pemesan membeli seluruh komponen sendiri.

‘’Kalau saya yang beli, nanti kurang sreg. Saya tinggal merakit dan mengecat sesuai keinginan pemesan,’’ terangnya.

Jika berbagai komponennya relatif murah, maka ongkos merakit bisa ditekan. Berlaku pula sebaliknya.

Namun, karena sepeda mini kini digandrungi lagi, mencari komponen pun semakin sulit. Mulai frame, crank, group set, atau lainnya.

‘’Tren sepeda mini di Medan termasuk baru dibanding daerah lain. Komponen banyak didatangkan dari luar daerah seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta,’’ sebut Lukman. (*)

Reporter : Rayyan Tarigan
Editor : Val Vasco Venedict

Konten Terkait

HokBen Gandeng BPJPH Sosialisasikan Wajib Sertifikasi Halal

Editor prosumut.com

Ini Catatan BPS Terkait Pertumbuhan Ekonomi 2020 di Sumut 

Editor Prosumut.com

JNE Ajak UKM Medan Manfaatkan Peluang Bisnis, Tingkatkan Potensi Strategi Penjualan

Editor prosumut.com