Oleh : Batara L. Tobing, Kolumnis Prosumut.com
TENDANGAN pinalti yang dilakukan dengan tenang dan cerdik oleh Ole Romeny sukses bersarang di gawang China yang disambut gegap gempita kurang lebih 80.000 orang penonton termasuk Presiden Prabowo yang menyaksikan pertandingan itu secara langsung di stadion GBK Senayan Jakarta.
Striker tim nasional Indonesia berhasil membungkam fans timnas China yang datang berbondong-bondong dari negeri tirai bambu itu untuk menyaksikan secara langsung tim nasional mereka berlaga melawan timnas Indonesia di stadion Gelora Bung Karno dalam kualifikasi Piala Dunia Zona Asia.
Maka runtuhlah tembok kokoh China yang pada laga sebelumnya di kandang mereka stadion Qingdao Youth Football 15 Oktober 2025 China mampu unggul 2 – 1.
Dengan kekalahan China 1 – 0 dari Indonesia di stadion Gelora Bung Karno Jakarta, otomatis membuat China tersingkir dari babak kualifikasi Piala Dunia Zona Asia grup C, sekaligus membawa tim nasional Indonesia berhasil melaju ke babak keempat / play off yang akan berlaga dengan timnas peringkat 3 dan 4 di grup A dan grup B untuk memperebutkan sisa tiket ke Piala Dunia 2026 setelah Jepang dan kemungkinan besar Australia berhasil terlebih dahulu mendapatkan tiket babak final Piala Dunia 2026 di Amerika.
Tim nasional China yang berhasil masuk pada putaran final Piala Dunia tahun 2002 di Jepang dan Korea Selatan itu akhirnya tersandung oleh timnas Indonesia yang mendapatkan kemajuan pesat dengan mampu mencetak prestasi pertama sekali sekaligus satu satunya tim nasional di Asia Tenggara yang masuk ke putaran keempat kualifikasi Piala Dunia.
Runtuhnya timnas China di stadion Gelora Bung Karno menjadi kenyataan seperti apa yang digambarkan oleh para Ultras Garuda yang dengan kreatif menampilkan koreografi raksasa Gatot Kaca menghancurkan tembok besar China yang terbentang di tribun utara stadion.
Geliat pembinaan sepakbola Indonesia selama lima tahun belakangan ini memang cukup signifikan dalam program nya untuk menghasilkan peningkatan prestasi tim nasional Indonesia, termasuk program naturalisasi para pemain sepakbola keturunan Indonesia diaspora yang bermain di liga-liga utama dunia.
Program naturalisasi pemain timnas yang terbiasa bermain di liga liga Eropa bukan sekedar berhasil meningkatkan prestasi peringkat FIFA, melainkan pula meningkatkan kinerja para pemain lokal yang biasa berlaga di Liga Indonesia untuk menaikkan standar sepakbola yang mereka tampilkan.
Hal itu dapat terlihat dari performa para pemain lokal eks liga 1 Indonesia yang mendapatkan peran starting eleven dan pemain pengganti saat menghadap timnas China yang mendapatkan menit bermain cukup signifikan dalam laga penting itu.
Para pemain lokal mampu bersaing dan unjuk performa yang tidak kalah kualitas dengan para pemain eks naturalisasi yang terbiasa main di liga Eropa.
Artinya, program naturalisasi sedikit banyak berhasil menularkan etos bertanding dengan standar sepakbola yang lebih tinggi, seperti yang diharapkan oleh fans timnas Indonesia.
Siapa pula yang sangka Ricky Kambuaya pemain asal Sorong Papua yang memulai karir sepakbola nya di klub kecil Mojokerto Putra di Jawa Timur itu, membuat tusukan terobosan di kotak pinalti membikin repot timnas China di garis pertahanan mereka sehingga harus diganjal di kotak pinalti yang berbuah wasit menunjuk titik pinalti dan kemudian diselesaikan dengan baik oleh Ole Romeny.
Hasil kolaborasi apik diantara pemain eks diaspora dengan pemain lokal mampu menghancurkan tembok besar China yang kokoh. Itulah yang tergambar dalam laga krusial di stadion Gelora Bung Karno, kamis 5 Juni 2026 ini.
Dengan program dan pembinaan sepakbola PSSI yang didukung sepenuhnya oleh pemerintah terbukti mampu menghasikan performa sepakbola nasional yang pada gilirannya meningkatkan gairah para fans sepakbola nasional untuk menyaksikan tim nasional yang mewakili negara bertarung dipanggung dunia.
Bak roda yang berputar, gairah penonton sepakbola dan fans timnas pada gilirannya memenuhi stadion walau dengan harga tiket yang terbilang mahal dibandingkan di negara tetangga.
Tiket yang selalu ludes terjual hanya beberapa jam setelah penjualan tiket dan gairah para sponsor menunjukkan minat dan dukungan rakyat Indonesia pencinta sepakbola, sekaligus mengisi penuh pundi-pundi kas organisasi PSSI untuk mengembangkan program pembinaan sepakbola selanjutnya menjadi efek domino peningkatan prestasi sepakbola nasional.
Pakemnya, tunjukkan prestasi sepakbola maka fulus dan sumber pembiayaan pun otomatis akan mengalir dengan lancar.
Bukan hanya dari sisi ekonomi dan bisnis industri sepakbola, bahkan performa tim nasional yang ciamik dapat menghasilkan citra positif politik negara.
Siapa sangka Denny Lanzaat, salah seorang pelatih timnas Indonesia yang pada era sebelumnya berorientasi mendukung gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) berbalik arah mendukung NKRI dengan menjadi salah seorang pelatih tim nasional Indonesia.
Atau lihat saja seorang Simon Tahamata, legenda Ajax dan tim nasional Belanda asal Maluku yang di masa lalu berorientasi politik serupa dengan coach Denny Lanzaat terkait gerakan RMS, kini sang legenda sepakbola Belanda itu malah berubah orientasi politik.
Tidak lagi berpikir tentang RMS, melainkan pulang kampung sebagai talent scouting pemain bagi persepakbolaan Indonesia.
Mereka melihat kenyataan sepakbola nasional Indonesia berpeluang eksis di kancah sepakbola Asia dan dunia.
Perguliran industri sepakbola nasional kini bak mesin diesel yang mulai panas, menjelajah ruang prestasi internasional yang akan mengharumkan nama bangsa.
Jangan biarkan mesin industri sepakbola nasional itu kembali dingin.
Dengan dukungan dan kerjasama yang apik seluruh stakeholders, sang Garuda berotot Gatot Kaca terbukti mampu menghancurkan tembok besar China.
Bravo timnas Indonesia !
Editor : Val Vasco Venedict