Prosumut
Ekonomi

Meski Harga Turun, Emas Tetap Pilihan Investasi

PROSUMUT – Saat China dan Amerika Serikat (AS) melakukan kesepakatan tahap satu dalam perundingan dagang, harga emas di akhir pekan kemarin khususnya pada Jumat 11 Oktober 2019  mengalami penurunan yang sangat tajam. Harga emas anjlok 1 persen lebih.

“Harga emas saat itu sempat terpuruk hingga ke level 1.480 US Dollar per once troy-nya. Kinerja harga emas mengalami penurunan seiring dengan ekspektasi membaiknya kinerja instrumen keuangan lainnya, yang dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan memegang emas,” kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Senin 14 Oktober 2019.

BACA JUGA:  Galeri Investasi Kini Hadir di Langkat, Dorong Literasi Keuangan dan Pasar Modal di Daerah

Disebutkan Gunawan, seperti anjuran sebelumnya, investor emas harus mewaspadai perkembangan ekonomi global agar tidak mengalami kerugian yang signifikan.

Walaupun demikian, tren harga emas masih akan tetap memiliki prospek yang bagus ke depannya. Setidaknya ada beberapa alasan yang mendukungnya.

“Pertama, meskipun hubungan dagang antara AS dan China membaik, namun masalah hubungan dagang antara AS dengan Eropa masih berpeluang memburuk. Pelaku pasar masih mengkhawatirkan adanya kemungkinan meningkatnya tensi dagang antara AS dengan negara selain China. Ini bisa membuat pelaku pasar cenderung memilih emas,” sebutnya.

BACA JUGA:  Pengembangan Pelabuhan Pangkalan Susu Dongkrak Ekonomi Lokal

Kedua, sambung ekonom dari UINSU ini, adanya ketidakjelasan masalah Brexit (British Exit) saat ini. Dimana, Brexit ini sangat memungkinkan membuat Eropa kembali masuk dalam krisis yang berkepanjangan, serta menjadi sentiment negatif bagi ekonomi global.

Ketiga, adanya kemungkinan tren penurunan suku bunga acuan di AS yang bisa saja membuat kinerja US Dollar kembali terpuruk.

Hal ini bisa membuat harga emas kembali mengalami kenaikan, karena emas dan US Dollar cenderung bergerak berlawanan.

“Keempat, meskipun terjadi kesepakatan antara AS dengan China, tidak ada jaminan bahwa hubungan dagang kedua negara ini akan membaik di masa yang akan datang,” paparnya.

BACA JUGA:  Izin BPRS Gebu Prima Dicabut OJK, LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah

Menurut Gunawan, banyak pelaku pasar yang masih meragukan bahwa hubungan kedua negara ini sepenuhnya akan pulih setelah tercipta kesepakatan dagang kemarin.

Karena, pada dasarnya kesepakatan dagang akhir pekan kemarin belum sepenuhnya menyelesaikan masalah kedua negara secara komperhensif.

“Emas, masih berpeluang untuk menguji level psikologis 1.500 US Dollar per once troy-nya. Sejauh ini harga emas diperdagangkan dikiatan 1.485 US Dollar per once troy-nya,” pungkasnya. (*)

Konten Terkait

Bank Indonesia Sumut Paparkan Capaian KKSU dan NSI Day 2024

Editor prosumut.com

Tak Lebih 1 Persen, Inflasi Desember 2024 di Sumut Terjaga Baik

Editor prosumut.com

Mei, Inflasi Medan 1,33 Persen Disumbang Cabai Merah dan Bawang Putih

Ridwan Syamsuri

Agustus 2020, Medan Alami Inflasi 0,04 Persen

admin2@prosumut

LPS Pertahankan Tingkat Bunga Penjaminan, Jaga Stabilitas Sistem Perbankan

Editor prosumut.com

Chery OMODA 5 Melantai di Kota Medan

Editor prosumut.com
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara