Penulis: Batara L Tobing, Kolumnis Prosumut.com
TIM offisial tim nasional (timnas) sepakbola Argentina U-20 tidak pernah menyangka akan dipermalukan oleh tim nasional U-20 Indonesia di turnamen Seoul Earth On Us Cup 2024 yang berlangsung di Korea Selatan.
Di luar dugaan, timnas Indonesia mengalahkan timnas Argentina 2 – 1 dalam sebuah pertandingan seru dan berimbang pada Rabu 28 Agustus 2024.
Jauh di luar perkiraan para pengamat sepakbola yang memprediksi bahwa Argentina akan dengan mudah mengalahkan Indonesia.
Mungkin itu pula yang membuat tim pelatih dan offisial Argentina berang, kemudian membuat aksi ribut ribut dan provokasi di lapangan saat pertandingan masih berjalan yang memancing wasit pertandingan menghadiahkan ganjaran kartu merah bagi offisial Argentina yang sedang marah besar, dipecundangi oleh timnas Indonesia.
Secara peringkat dunia, timnas senior Argentina berada pada ranking 1 FIFA. Sedangkan Indonesia berada pada peringkat 133 FIFA, jauh sekali memang.
Walaupun pertandingannya di timnas kelompok umur, namun pengaruh ranking FIFA timnas senior tentu berpengaruh besar terhadap marwah tim nasional yang berlaga. Itulah puncak kekesalan tim pelatih dan ofisial timnas Argentina atas 2 buah gol yang dijaringkan oleh pemain timnas Indonesia yang berasal dari Bali yaitu Kadek Arel dan Maouri Ananda Yves yang mempermalukan timnas U20 Argentina di pertandingan ini.
Performa timnas Indonesia U-20 ini belakangan memang sedang naik pamor. Baru saja timnas ini menjuarai kejuaraan AFF U-19 dan menobatkan diri sebagai jawara di Asia Tenggara untuk timnas kelompok umur, kini melibas timnas U20 Argentina, yang bukan lawan kaleng kaleng menjadi bukti performans timnas U-20 Indonesia yang on fire, sedang menyala.
Di tim nasional senior sepakbola Indonesia juga tidak kalah garang, maju ke putaran ketiga zona Asia Piala Dunia 2026 sebagai satu satunya wakil dari Asia Tenggara yang berhasil lolos ke putaran ketiga zona Asia babak kualifikasi Piala Dunia kali ini, sekali lagi membuktikan bahwa peringkat ranking FIFA hanyalah sekedar papan skor di atas kertas, bukan di atas lapangan rumput.
Perbedaan ranking FIFA di antara negara yang masuk di putaran ketiga grup C Zona Asia yang menunjukkan peringkat paling terbawah bagi timnas Indonesia di antara Jepang, Australia, Arab Saudi, China dan Bahrain sebagai lawan tanding yang akan memperebutkan tiket ke Piala Dunia sepertinya tidak menyurutkan semangat timnas Indonesia untuk berlaga.
Paling tidak, PSSI di bawah kepengurusan Erick Thohir sebagai ketua berambisi meraih tiket ke Piala Dunia melalui prediksi kemampuan paling realistis dan konservatis untuk berada pada juara 3 atau 4 di grup C Zona Asia putaran ketiga di antara 6 negara yang berlaga. Untuk selanjutnya, memenangkan satu tiket dengan masuk ke putaran keempat atau melalui jalur play off antar zona. Syukur-syukur dapat meraih juara 1 atau juara 2 grup C Zona Asia yang otomatis meraih tiket ke Piala Dunia yang berat, namun bukan tidak mungkin terpenuhi.
Kebijakan Pelatih Shin Tae Yong dan PSSI dengan cara naturalisasi pemain keturunan Indonesia yang bermain di klub-klub Eropa dan negara maju sepakbola untuk membela timnas Indonesia, diakui membawa perubahan besar dalam capaian prestasi. Bukan hanya peningkatan skill pemain timnas di lapangan, tetapi juga mendorong peningkatan standar mutu pemain sepakbola yang bersaing dalam industri sepakbola Indonesia.
Capaian prestasi timnas Indonesia saat ini mengindikasikan PSSI sebagai induk organisasi sepakbola di Indonesia berhasil meningkatkan performa sepakbola, sehingga Indonesia tidak lagi dianggap remeh bila dibandingkan dengan capaian performa kualifikasi Piala Dunia sebelumnya, dimana saat itu timnas Indonesia menjadi bulan bulanan dan menjadi lumbung gol bagi lawan-lawannya.
Kali ini, pintu untuk tembus bermain di Piala Dunia bagi tim nasional sepakbola Indonesia sudah mulai terbuka sedikit. Butuh kerja keras tim nasional di lapangan dan dukungan pengurus PSSI, bahkan seluruh rakyat Indonesia untuk muncapai tujuan hadir di Piala Dunia itu.
Di tahun 1938, timnas campuran Pribumi Indonesia, Belanda, Tionghoa pernah berkiprah di Piala Dunia Prancis dengan membawa bendera Hindia Belanda. Ini menunjukkan bahwa sepakbola Indonesia sebetulnya mempunyai sejarah prestasi ciamik di sepakbola Asia, menjadi satu satunya wakil Asia di Piala Dunia.
Saat ini tim nasional Indonesia dengan komposisi pemain yang kurang lebih sama seperti di tahun 1938 itu, bermaterikan pemain naturalisasi keturunan Indonesia plus pemain lokal menjadi modal dan menaikkan rasa percaya diri bahwa Indonesia mampu untuk berlaga di Piala Dunia mendatang.
Harapan dan kemampuan yang seperti itu terindikasi dari performa tim nasional yang sedang menyala saat ini. Karena itu, tetap harus dijaga bahkan ditingkatkan walau harus bertarung melawan lawan-lawan yang lebih berat, sehingga harapan ke Piala Dunia tetap terbuka.
It’s now or never… Menyala tim nasional Indonesia! (*)
Editor: M Idris