Prosumut
Opini

Hipertensi : “the Silent Killer”

Oleh :

dr. Hilmi Gam Rizki Lubis

***

Penyakit hipertensi atau sering disebut secara awam dengan “penyakit darah tinggi” dijuluki dengan “the silent killer”. Karena kebanyakan penderita tidak merasakan gejala apapun, tetapi bila penyakit ini dibiarkan dan tidak diobati akan merusak organ-organ penting tubuh manusia dan akhirnya menyebabkan kematian. Kejadian hipertensi sering dijumpai di seluruh dunia termasuk Indonesia, sehingga pemeriksaan rutin berkala sangat penting dilakukan oleh semua orang termasuk yang merasa “sehat-sehat” saja.

Pada kondisi normal tekanan darah diperlukan untuk jantung dan pembuluh darah menghantarkan darah yang berisi asupan nutrisi dan oksigen ke seluruh jaringan tubuh, tetapi bila nilainya terlalu berlebihan (hipertensi) atau kekurangan (hipotensi) akan mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh. Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter terdiri dari dua komponen tekanan darah yang pertama atau yang “atas” disebut tekanan darah sistolik dan tekanan darah yang kedua atau yang “bawah” disebut dengan tekanan darah diastolik. Pasien dikatakan mengalami hipertensi jika pada pengkuran berulang pada 2-3 kali
pertemuan dengan jarak 1-4 minggu, didapatkan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.

Hipertensi disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat seperti konsumsi garam berlebihan dan makanan yang banyak mengandung lemak jahat, kurang beraktifitas, merokok, minum alkohol, dan kegemukan (obesitas). Selain itu faktor psikis seperti stress emosional berkepanjangan, faktor keturunan, serta usia diatas 65 tahun juga membuat seseorang rentan menderita hipertensi.

Seperti julukanya “the silent killer”, hipertensi sering sekali menyerang seseorang tanpa ada gejala hingga akhirnya gejala baru muncul setelah terjadi kerusakan organ-organ vital tubuh bahkan tak jarang pasien hipertensi mengalami kematian mendadak akibat serangan jantung ataupun serangan otak (stroke) tanpa adanya peringatan berupa keluhan sebelumnya. Ada pula pasien yang mengalami keluhan yang tidak khas dan sering kali dianggap remeh seperti sakit kepala, mimisan, rasa berdebar-debar di dada, gangguan penglihatan. Sehingga memang tidak ada cara khusus untuk mendeteksi awal dan melakukan pencegahan penyakit ini dan dampaknya selain memeriksakan kesehatan secara rutin dan menjaga pola hidup sehat.

Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala baik dengan tenaga kesehatan terdekat atau secara mandiri menggunakan alat tensimeter digital dengan tetap berkonsultasi dengan tenaga medis. Jika sudah didiagnosa hipertensi oleh tenaga kesehatan maka pasien tersebut wajib memeriksa dan konsultasi secara rutin dengan dokter untuk berikutnya diberikan obat-obatan baik untuk mengobati hipertensinya maupun penyakit lain yang menyertai, obat-obatan hipertensi tidak boleh sembarangan dihentikan tanpa pengawasan dari dokter karena pengobatannya bersifat jangka panjang bahkan seumur hidup.

Mendeteksi dan mengobati hipertensi dapat mencegah serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal serta banyak penyakit lainya. Pencegahan yang dapat dilakukan seperti mengurangi konsumsi garam (kurang dari 1 sendok teh per hari), perbanyak makan sayur dan buah, kurangi dan kelola stress, rajin berolahraga, stop merokok dan alkohol, dan batasi makanan berlemak jahat.

 

Artikel ini adalah opini pribadi penulis dengan judul asli: “Hipertensi : “the Silent Killer”.

Konten Terkait

Covid-19 & Data Orang Miskin, Bangunkan Tidur Panjang

admin2@prosumut

Sri Mulyani, Zakeus dan Pemerintahan Baru

Editor prosumut.com

Stockholm Syndrome dan Kabinet Merah Putih

Editor prosumut.com

Demokrasi Kepala Babi !

Editor prosumut.com

Qatar, Si Cabai Rawit yang Fenomenal

Editor prosumut.com

Bahaya Sistem Proporsional Tertutup Bagi Anak Muda

Editor prosumut.com
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara