Prosumut
Opini

Qatar, Si Cabai Rawit yang Fenomenal

Oleh: Batara L. Tobing (Kolumnis Prosumut.com)

PROSUMUT – Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammad bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang membuat warga Gaza bersorak sorai kegirangan atas kesepakatan damai itu di awal tahun 2025 ini.

Inilah saatnya bagi warga Gaza untuk dapat beristirahat dan tidur lebih nyenyak dari kekhawatiran dan rasa was was selama ini atas situasi perang yang tidak berujung pangkal dan tidak jelas juntrungannya.

Prakarsa gencatan senjata yang justru dimediasi oleh negara kecil Qatar di semenanjung Arab itu, bukan oleh negara negara besar tetangga mereka di Timur Tengah.

Mungkin banyak yang tidak pernah menyangka bahwa sebenarnya penduduk yang menjadi warga negara Qatar itu hanya sekitar 320.000 orang saja dari 2,5 juta penduduk yang menetap di Qatar.

Selebihnya, sebanyak 2,2 juta penduduk lainnya adalah tenaga kerja warga negara asing dari seluruh dunia yang menetap cari makan di negara gurun yang berbatasan langsung dengan Saudi Arabia itu.

Tetapi, lihat bagaimana Qatar dapat melakukan mediasi damai yang menghasilkan gencatan senjata diantara Hamas dan Israel dan memberikan ketenangan hidup bagi warga Gaza, prakarsa yang tidak dilakukan oleh negara Arab lainnya

Lihat pula prestasi tim nasional sepakbola Qatar yang secara digdaya menjuarai Piala Asia ditahun 2024 yang lalu, negara kecil fenomenal yang menjadi raksasa sepakbola pula di Asia, luar biasa.

Sebenarnya, banyak pemain timnas sepakbola Qatar itu berasal dari negara negara lain yang dinaturalisasi menjadi warga negara Qatar setelah mereka bermain sepakbola di liga Qatar.

Syaratnya, pemain asing yang minimum bermain di liga mereka, setelah selama 5 tahun dapat dinaturalisasi menjadi warga negara Qatar.

Bahkan beberapa pemain sepakbola asal Indonesia bermain di liga itu dan telah mendapatkan paspor Qatar, menanti diri dipanggil menjadi pemain timnas untuk membela Qatar.

Sangat masuk akal, dengan jumlah penduduk warga negara Qatar yang hanya sekitar 300 ribuan orang saja tentu sangat sulit bagi Qatar untuk membentuk sebuah tim nasional sepakbola yang kuat dari hasil kompetisi di liga mereka tanpa melakukan naturalisasi pemain asing, bandingkan misalnya dengan penduduk Indonesia yang hampir mencapai 300 juta orang, hampir seribu kali lipat dari penduduk warga negara Qatar.

Sebenarnya, gebrakan kemajuan yang fenomenal ditorehkan oleh negara Qatar dekade terakhir ini bukan hanya di bidang olahraga sepakbola semata, juga dibidang ekonomi/ bisnis di negara itu, bahkan gebrakan politik.

Lonjakan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi/ bisnis yang dilakukan secara profesional oleh Qatar tidak semata mata faktor booming migas. Cadangan minyak mereka tidaklah sebesar tetangganya di Arab Saudi atau Kuwait, namun sumber daya alam minyak dan gas bumi yang dikelola oleh negara itu secara efektif mampu menghasilkan efek ganda dibidang bisnis lain.

Contohnya adalah perusahaan maskapai Qatar Airways yang dikelola secara profesional mampu menjadi perusahaan penerbangan yang menjadi peringkat terbaik diantara maskapai penerbangan dunia lainnya.

Investasi yang dilakukan disemua bidang bisnis juga mampu mendatangkan laba yang signifikan bagi perkembangan ekonomi Qatar. Investasi di banyak negara yang menguntungkan dan membawa kemakmuran bagi negaranya.

Intinya, sumber daya alam dikelola dan diinvestasikan secara efektif dan efisien menggunakan para profesional dan pekerja asing untuk mendatangkan profit dan multiplier perekonomian bagi negara.
Jadi, tampaknya profesionalisme menjadi hal utama disana itu, mengelola sepakbola, bisnis atau bahkan politik secara profesional, tidak setengah hati.

Jangan dikira secara politik dan diplomasi Qatar aman aman saja. Konstelasi politik di Timur Tengah itu termasuk yang seringkali dalam kondisi dari hangat mengarah ke panas.

Qatar yang sebenarnya hanya wilayah kecil di semenanjung jazirah Arab, secara geografis berbatasan langsung antara Arab Saudi dan Iran yang secara hubungan diplomatik tidak lah baik baik saja. Di bidang politik, Qatar mesti menempatkan diri secara piawai agar bisnis dan perekonomian mereka tetap aman terjaga dan berkelanjutan.

Politik di negara itu dikelola secara profesional juga, sama hal nya dengan perlakuan mereka dalam hal mengelola bisnis dan sepakbola. Lakukan tata kelola yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan sukses melalui cara menggerakkan orang lain, bahkan dibidang politik.

Pangkalan udara Al Udeid adalah salah satu pangkalan militer di barat daya Doha Qatar yang dijadikan markas oleh komando pusat angkatan udara Amerika Serikat yang besar di Timur Tengah. Dengan menempatkan sebanyak 10.000 tentara Amerika Serikat disana secara permanen, tentu dengan agenda dan kepentingan masing masing secara politik dan keamanan antara Qatar dan Amerika Serikat.

Mungkin Qatar berpikir, mereka tidak perlu sewa satpam untuk pengamanan di negara itu, bisnis mereka berlangsung dengan aman. Di lain pihak Amerika memiliki markas yang penting di Timur Tengah untuk kepentingan militer dan politik mereka disana.

Dengan dijaga (lebih tepatnya ditongkrongin) oleh ribuan tentara Amerika Serikat yang berada di pangkalan militer yang besar dekat Doha di Al Udeid, peluang negara mereka diserang oleh negara musuh dari luar diperkecil risikonya, cara pikir berbisnis yang rasional juga sebenarnya.

Tentu negara lain akan berpikir dua kali sebelum cari gara gara dengan negara Qatar itu, ada satpam kuat di belakang mereka, mungkin kira kira begitu.

Begitulah Qatar berbisnis, mengelola sepakbola, dan menjaga konstelasi politik di Timur Tengah yang berkorelasi langsung dengan keberlanjutan bisnis yang mereka kelola secara jangka panjang. Memainkan teori teori management modern di segala aspek tata kelola, termasuk politik.

Bila pakar management Peter Drucker masih hidup, mungkin beliau tidak akan ragu untuk menyematkan management award bagi negeri ini atas keberhasilannya mengimplementasikan management modern secara baik dan berhasil membawa perdamaian di Gaza, bravo. (*)

Konten Terkait

Berjuang Mencari Keadilan

Editor prosumut.com

Naturalisasi: Fake or Fortune?

Editor prosumut.com

Covid-19 & Data Orang Miskin, Bangunkan Tidur Panjang

admin2@prosumut

Pengembangan & Optimalisasi Satuan Gugus Tugas (Task Force) dalam Pengawasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Editor prosumut.com

Peta Sosiologi Kepemimpinan Polri dan Agenda Membangun Indonesia Maju

Editor Prosumut.com

Potensi Chaos Pandemi Covid-19

admin2@prosumut
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara