PROSUMUT – Sektor perbankan syariah di Indonesia diproyeksikan terus menunjukkan performa impresif pada tahun 2025, dengan pertumbuhan penyaluran pembiayaan dan penghimpunan dana pihak ketiga diperkirakan mencapai dua digit.
Bank Syariah Indonesia (BSI), sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, siap menjadi motor penggerak utama dalam akselerasi ekonomi nasional.
Direktur Treasury & International Banking BSI, Ari Rizaldi menyatakan, bahwa kondisi ekonomi domestik yang stabil sepanjang 2024 menjadi fondasi untuk melanjutkan pertumbuhan positif di 2025, meskipun tantangan global, seperti konflik Timur Tengah dan ketidakpastian ekonomi, masih membayangi.
“BSI melihat peluang besar di bisnis halal sebagai potensi utama untuk memperkuat perannya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi domestik dan global,” ujar Ari dalam keterangan resminya, Selasa 24 Desember 2024.
Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indrastomo, menambahkan bahwa sektor keuangan syariah nasional diperkirakan tumbuh dengan aset mencapai Rp 3.157,9 triliun hingga Rp 3.430,9 triliun pada 2025.
Sebagai perbandingan, aset keuangan syariah pada September 2024 tercatat di angka Rp 2.744 triliun, tumbuh 11,9 persen secara tahunan.
“BSI berpotensi menjadi aktor utama dalam menggerakkan industri keuangan syariah dan perekonomian halal nasional, melalui berbagai inovasi dan penguatan ekosistem ekonomi halal,” kata Banjaran.
Salah satu inovasi strategis yang siap dikembangkan BSI adalah fungsi sebagai bullion bank, sejalan dengan penerbitan Peraturan OJK Nomor 17 tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Bullion.
“Ini membuka peluang besar bagi BSI untuk memperkuat bisnis berbasis emas, seperti cicil dan gadai emas, yang telah menunjukkan kinerja positif sejak BSI berdiri tiga tahun lalu,” jelas Banjaran.
Bullion bank juga dinilai dapat mendukung implementasi strategi hilirisasi pemerintah, memperkuat kontribusi ekonomi syariah dalam pembangunan nasional.
Banjaran memaparkan bahwa strategi ekonomi syariah akan difokuskan pada penciptaan sumber pertumbuhan baru, seperti pengembangan industri halal, termasuk makanan, minuman, farmasi, dan kosmetik halal.
Akselerasi sektor pariwisata berbasis syariah. Peningkatan peran keuangan sosial syariah (zakat, infak, sedekah, dan wakaf/Ziswaf) untuk pengentasan kemiskinan dan mendukung inklusivitas ekonomi.
“Ekonomi syariah dapat memperluas tax base dan zakat base, yang pada akhirnya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih inklusif,” ujarnya.
Di sisi global, perekonomian diperkirakan tumbuh stabil meski dihantui ketidakpastian akibat kebijakan AS dan ketegangan geopolitik.
Namun, domestik memiliki prospek lebih cerah dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen – 5,2 persen. Inflasi yang terkendali di kisaran target akan menopang daya beli masyarakat.
Banjaran juga menyoroti peluang dari program quick win pemerintahan Prabowo-Gibran yang mendukung sektor makanan dan minuman, pendidikan, kesehatan, serta infrastruktur sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Dengan berbagai inovasi, dukungan regulasi, dan prospek positif ekonomi syariah, 2025 diharapkan menjadi tahun penting bagi sektor keuangan syariah dalam memperkuat kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. (*)
Reporter: Nastasia
Editor: M Idris

previous post