Prosumut
Ekonomi

April, Sumut Diyakini Kembali Cetak Deflasi

PROSUMUT – Rata-rata perkembangan harga sejumlah kebutuhan pokok di wilayah Sumut pada umumnya mengalami penurunan. Karena itu, periode April ini, Sumut kembali diperkirakan akan mengalami deflasi.

Demikian diungkapkan Ketua Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, Kamis 30 April 2020.

Harga daging ayam contohnya, mengalami penurunan cukup dalam dari kisaran Rp 28 ribuan per kg menjadi Rp 22 ribuan per kg di bulan April. Harga daging sapi, sekalipun relatif tidak mengalami perubahan besar namun harganya rata-rata di bulan April naik sekitar 1.000 per kg.

Untuk telur ayam, harga rata-rata di bulan Maret sebesar Rp 21.700 per kg. Sedangkan di bulan April ini harganya turun dikisaran Rp 20.900 per kg.

“Cabai merah juga demikian, mengalami penurunan dari kisaran Rp 28.700 pada Maret, menjadi Rp 23 ribu per kg di April,” sebut Gunawan.

BACA JUGA:  PLN UP2B Sumbagut Pastikan Akurasi Energi Lewat Kalibrasi Meter Transaksi

Sementara itu, cabai rawit rata-rata di bulan Maret sebesar Rp 25.900 saat ini dijual dikisaran Rp 18 ribu per kg. Bawang putih juga demikian, mengalami penurunan dari kisaran Rp 38 ribuan per kg di bulan lalu menjadi Rp 31 ribuan per kg di bulan ini.

Kenaikan harga bawang merah terjadi dalam satu bulan terakhir. Bawang merah yang sempat menyentuh harga Rp 31.600 per kg di bulan kemarin, saat ini dijual dikisaran Rp 39.400 per kg-nya.

“Komoditas bawang merah mengalami kenaikan yang cukup tajam. Bahkan, harga bawang merah di bulan ini sempat menyentuh level Rp 50.000,” tuturnya.

BACA JUGA:  Survei Perbankan Bank Indonesia Triwulan II 2025: Penyaluran Kredit Baru Meningkat

Menurut Gunawan, harga bawang merah di bulan ini akan menjadi komoditas penyumbang inflasi yang cukup besar dibandingkan dengan komoditas daging sapi, dan emas. Untuk harga emas, memang harganya mengalami kenaikan, rata-rata naik di atas Rp 50 ribu per gram.

Hanya saja, emas ini bobotnya semakin hari semakin berkurang karena daya beli yang turun membuat animo masyarakat untuk membeli emas menjadi menurun.

“Saya melihat meskipun kontribusi inflasinya ada, namun emas saya pikir tidak memberikan andil besar bagi pembentukan inflasi di Sumut. Jadi, April ini Sumut akan merealisasikan deflasi yang menurut hitungan saya angkanya bisa mencapai lebih dari 0,27 persen,” sebut Gunawan.

Hal itu mengingat komoditas seperti sayur-sayuran, tiket pesawat, ikan dan komoditas lainnya berpeluang mengalami penurunan yang sangat tajam.

BACA JUGA:  Bank Indonesia Sebut Uang Beredar Tumbuh Lebih Tinggi pada Juni 2025

“Pandemi corona telah memberikan dampak penurunan daya beli yang berbuntut pada memburuknya harga sejumlah kebutuhan pokok. Deflasi ini bukan kabar baik bagi masyarakat Sumut, karena deflasi ini diikuti dengan penurunan daya beli. Deflasi kali ini jelas mengindikasikan adanya potensi krisis ekonomi yang bakal terjadi nantinya,” cetus dia.

Walaupun krisis ini lebih banyak dipengaruhi oleh pandemi corona dibandingkan dengan ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan ekonomi, Gunawan menambahkan, wabah corona jelas sekali telah memukul daya beli masyarakat dan memicu terjadinya potensi krisis ekonomi yang lebih besar.

“Bukan hanya Sumut ataupun Indonesia khususnya, tetapi telah merusak tatanan sosial ekonomi masyarakat dunia,” pungkasnya. (*)

 

Reporter : Rayyan Tarigan
Edior        : Iqbal Hrp
Foto          :

Konten Terkait

Deflasi Sumut Hingga 1,81 Persen, Tetapi Laju Inflasinya Terbesar di Indonesia

Editor prosumut.com

Literasi Perbesar Ekosistem, Industri, dan Investasi Berbasis Syariah

Editor Prosumut.com

LPEI Komit Dorong Kinerja Ekspor Produk Halal

Editor prosumut.com

Mandiri Syariah Terbaik Pendukung Pengendalian Moneter dan Implementasi QRIS

Editor Prosumut.com

Tingkatkan Pasar Modal, Capital Market Summit & Expo 2020 Digelar Virtual

Editor Prosumut.com

Quick Count Final, Begini Nasib Saham Saratoga & Mahaka

Val Vasco Venedict
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara