PROSUMUT – PT Pupuk Indonesia (Persero) terus melakukan transformasi bisnis demi menuju top global 5 di industri pupuk. Bukan tidak mungkin, saat ini badan usaha milik negara tersebut merupakan produsen pupuk Urea terbesar di Asia dan 10 besar di dunia.
Direktur Transformasi Bisnis Pupuk Indonesia, Panji Winanteya Ruky, mengatakan, proses transformasi bisnis Pupuk Indonesia mulai diimplementasikan pada tahun 2020. Dengan proses transformasi bisnis tersebut, membuat Pupuk Indonesia saat ini menjadi menjadi perusahaan terbesar ke delapan di industri pupuk dunia dari segi pendapatan (revenue).
“Jadi untuk memenangkan pasar dibutuhkan cost competitiveness, baik dari produksi hingga supply chain. Kami juga harus memiliki reach dan relationship dengan key accounts, corporations, industries, G to G, sehingga bisa menjadi urea global player,” ujar Panji beberapa waktu lalu.
Panji menjelaskan, ada beberapa hal yang mengharuskan Pupuk Indonesia menjalankan transformasi bisnis. Diantaranya adalah pangsa pasar pupuk komersil dalam negeri yang sekitar 80 persen masih dikuasai oleh swasta.
Dari sisi kapasitas produksi, Pupuk Indonesia harus terus meningkatkan kapasitas produksi pupuk jenis NPK, karena terjadi perubahan permintaan dari pupuk tunggal Urea ke pupuk majemuk NPK.
Sebagai bentuk transformasi bisnis, Pupuk Indonesia juga terus menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan bahkan negara yang memiliki akses terhadap bahan baku pupuk NPK. Sebab, bahan baku pupuk NPK yaitu phospate dan kalium hanya bisa didapat dari tambang-tambang yang berada di luar negeri.
“Kenapa kami lakukan transformasi, jadi ada beberapa tantangan yang sulit kalau kita tidak lakukan transformasi secara grup,” ungkap Panji.
Dalam menjalankan transformasi, Pupuk Indonesia memiliki sejumlah pendekatan antara lain menerapkan model bisnis yang berorientasi pada pelanggan, menciptakan sumber pendapatan baru, transformasi EBITDA, trasnformasi digital, hingga transformasi human capital.
Selama dua tahun konsisten menjalankan transformasi bisnis ternyata membuahkan hasil. Pupuk Indonesia meraih Indonesia Best Business Transformation Award 2022 yang diberikan oleh Majalah SWA. Dalam ajang ini, PT Petrokimia Gresik selaku anggota holding Pupuk Indonesia, juga meraih penghargaan yang sama.
Tingkatkan Efisiensi Produksi dan Hilirisasi Produk
Pupuk Indonesia bertekad untuk terus memperkuat daya saing bisnisnya. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan efisiensi produksi pupuk hingga melakukan hilirisasi produk. Caranya dengan membangun pabrik baru Pusri IIIB di Palembang dan Soda Ash di Bontang dan Gresik, dalam waktu dekat ini.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha Pupuk Indonesia, Jamsaton Nababan, menyebutkan, pabrik-pabrik baru tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing, memberikan nilai tambah, hingga dampak positif di bidang ekonomi dan sosial. Hal tersebut didapatkan melalui peningkatan efisiensi produksi pupuk, efisiensi energi, hingga optimalisasi hasil samping produksi.
“Pada tahun 2022 proyek-proyek tersebut akan masuk pada tahap proses tender dan diproyeksikan akan beroperasi secara komersil pada tahun 2025 mendatang,” jelas Jamsaton.
Lebih lanjut Jamsaton menyebutkan, melalui pabrik Pusri IIIB, perusahaan nantinya dapat meningkatkan efisiensi produksi amoniak dan urea. Karena pabrik Pusri IIIB akan menggantikan pabrik Pusri III & IV yang saat ini sudah berusia tua dan kurang efisien.
Adapun pabrik Pusri IIIB akan dioperasikan oleh PT Pupuk Sriwidjadja Palembang dengan kapasitas produksi amoniak 445 ribu ton per tahun dan pupuk Urea 907 ribu ton per tahun.
Sedangkan soda ash akan menjadi pabrik pertama di lingkungan Pupuk Indonesia grup. Soda ash sendiri merupakan produk turunan atau hilirisasi dari gas CO2 yang merupakan hasil samping dari pabrik amoniak.
Soda ash adalah bahan yang dibutuhkan industri lainnya, seperti industri kaca, aki, deterjen, dan sebagainya. Pabrik ini nantinya akan dioperasikan oleh PT Pupuk Kaltim dan PT Petrokimia Gresik dengan kapasitas produksi masing-masing 300 ribu ton per tahun.
“Dengan demikian, pabrik Pusri IIIB akan dapat menjamin ketersediaan pupuk Urea dengan harga yang lebih kompetitif. Sedangkan soda ash diharapkan dapat memenuhi sebagian kebutuhan soda ash nasional yang saat ini sepenuhnya masih impor,” ujar Jamsaton.
Efisiensi Energi
Selain meningkatkan efisiensi produksi dan hilirisasi produk, proyek pengembangan Pupuk Indonesia grup ini lainnya juga turut berkontribusi atas efisiensi energi. Karena pabrik baru tersebut akan menggunakan teknologi baru yang lebih ramah lingkungan. Efisiensi energi ini didapatkan melalui optimalisasi konsumsi energi hingga pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Jamsaton menuturkan, proyek Pusri IIIB dan soda ash juga termasuk dalam rangkaian milestone dekarbonisasi Pupuk Indonesia grup. Perusahaan berkomitmen untuk mendukung target net zero emission pemerintah dengan menetapkan target dekarbonisasi sebesar 5 juta ton CO2 pada tahun 2060.
“Selain soda ash, Pupuk Indonesia juga melakukan hilirisasi produk petrokimia lainnya, seperti blue amoniak, green amoniak, CO2 cair, methanol, dan sebagainya,” ujar Jamsaton.
Blue dan Green Ammonia
Pupuk Indonesia sedang menyiapkan diri menjadi pemain utama untuk blue ammonia dan green ammonia di Asia. Ke depan, kedua jenis ammonia ini akan sangat dibutuhkan untuk keperluan energi ramah lingkungan dunia. Pemanfaatan energi ramah lingkungan ini juga sejalan dengan upaya perusahaan untuk mengurangi emisi karbon atau dekarbonisasi.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman menyebutkan, volume perdagangan ammonia untuk saat ini mencapai 21 juta ton di seluruh dunia. Namun pada tahun 2030, volume perdagangan ammonia untuk sumber energi diprediksi mencapai 30 juta ton.
“Jadi seluruh dunia mulai memikirkan untuk memproduksi, baik green maupun blue ammonia,” ujar Bakir.
Karena itu, pemanfaatan energi ramah lingkungan ini juga harus dioptimalkan ke depannya. Sebab saat ini Pupuk Indonesia adalah pemain utama ammonia di Indonesia.
“Green energy ini yang sangat menarik, artinya sebagai pemain ammonia tentunya kita menjadi leading sector di Indonesia, atau di wilayah Asia sebagai produsen blue ammonia maupun green ammonia,” ungkap Bakir.
Selain berpotensi menjadi pemain utama di Asia, pengembangan blue dan green ammonia sebagai sumber energi ramah lingkungan, juga menjadi salah satu upaya perusahaan untuk mendukung target penurunan emisi karbon.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Pupuk Indonesia sudah melakukan berbagai macam kerja sama. Selain itu, juga telah memiliki peta jalan atau roadmap, yang terdiri dari tiga tahap.
Pertama, tahap jangka pendek pada tahun 2023-2030. Pada tahap ini, Pupuk Indonesia mulai memanfaatkan sumber energi terbarukan, sekaligus mengurangi emisi. Adapun sumber energi tersebut berasal dari hydro power yang diperoleh dari PLN. Sumber energi ini mulai menggantikan pemakaian minyak atau gas bumi sebagai sumber pembangkit listrik pada pabrik pupuk.
“Itu sudah ada di pabrik Pupuk Kujang dan Petrokimia Gresik. Tahun depan akan diterapkan mulai dari Pusri Palembang, Pupuk Kaltim, dan Pupuk Iskandar Muda. Ini yang bisa kita lakukan dalam short term,” jelas Bakir.
Tak hanya itu, Pupuk Indonesia juga akan melakukan revamping atau pengembangan pabrik pupuk untuk meningkatkan efisiensi energi dan penurunan emisi karbon, serta pengembangan green ammonia dengan memanfaatkan pabrik eksisting.
Kemudian, emisi kabron juga akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk Soda Ash yang bermanfaat sebagai bahan baku bagi industri kaca, keramik, dan sebagainya.
“Kita coba memulai menghilangkan CO2 dengan mengkonversi ke dalam bentuk lain, misalnya soda ash yang bahan bakunya itu adalah carbon dioxide, ini bisa kita konversi menjadi soda ash dan bisa mengurangi emisi CO2, dan kita mengurangi energi yang berlebihan sehingga karbon yang dibuang menjadi lebih sedikit,” teranf Bakir.
Selanjutnya, pada jangka menengah, yaitu pada periode 2030-2040. Pada tahap ini, Pupuk Indonesia mulai mengembangkan blue ammonia.
Adapun karbon yang terbentuk dari proses produksi ammonia ini dapat diinjeksikan ke dalam tanah melalui Carbon Capture Storage (CCS). Injeksi karbon ini akan lebih efisien jika dilakukan pada reservoir sumur minyak ataupun gas tua di Indonesia. Pupuk Indonesia sendiri sudah melakukan studi dengan sejumlah perusahaan dari Jepang untuk hal tersebut.
Strategi yang ketiga dilakukan pada periode 2040-2050 atau jangka panjang. Pupuk Indonesia grup akan melakukan pengembangan pabrik baru green ammonia dengan skala komersil yang diproduksi menggunakan sumber energi terbaru seperti pembangkit tenaga air atau hydro power dan geothermal demi mewujudkan industri ramah lingkungan.
Banyak perusahaan di dunia sudah mulai mengembangkan green dan blue ammonia. Ammonia sendiri merupakan media untuk mendistribusikan hidrogen sebagai sumber energi masa depan.
Karenanya, Bakir berharap Pupuk Indonesia grup bisa menjadi pemain utama di sektor ini. Dia optimis dapat menangkap peluang ini, karena Pupuk Indonesia memiliki fasilitas dan sangat berpengalaman dalam pengelolaan produksi dan penyimpanan ammonia.
Namun demikian, untuk mewujudkannya terdapat sejumlah tantangan, diantaranya membutuhkan investasi yang besar. Namun, Pupuk Indonesia sudah memiliki kerja sama dengan Pertamina dan PLN untuk memanfaatkan ammonia untuk mendukung penyediaan energi baru dan terbarukan. (*)
Editor : Muhammad Idris
