Prosumut
Ekonomi

Sumut Berpeluang Cetak Deflasi, Meski Harga Cabai Naik

PROSUMUT – Sumatera Utara (Sumut) berpeluang mencetak deflasi selama bulan November 2020. Meskipun, harga cabai mengalami kenaikan.

“Sumut berpeluang untuk mencetak deflasi dalam rentang 0 hingga 0,01 persen. Secara keseluruhan, harga sejumlah kebutuhan pokok di Sumut masih sangat terjaga meski harga cabai mengalami kenaikan,” ujar pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Senin 30 November 2020.

Gunawan mengungkapkan, harga cabai rawit dan cabai merah belakangan ini mengalami kenaikan yang sangat tajam. Untuk cabai rawit, harganya sudah mencapai Rp35.000 per kg. Padahal, sepekan sebelumnya harga cabai rawit masih dijual dikisaran Rp25.000-an per kg.

BACA JUGA:  Mitra Binaan Pertamina Ekspor Perdana 2,5 Ton Kerupuk Kulit Ikan Patin ke Malaysia

Cabai merah juga sama, tiga hari belakangan terakhir harganya naik di atas Rp40.000an per kg. Harga cabai  merah melonjak dalam rentang Rp43.000 hingga Rp47.000 per kg. Sebelumnya, harga cabai dijual dalam rentang harga Rp37.000 Rp40.000 per kg.

“Kenaikan harga cabai masih sangat dipengaruhi oleh intensitas hujan yang sangat tinggi di sejumlah daerah penghasil cabai di wilayah Sumut,” ujarnya.

Sementara, lanjut dia, untuk harga bawang merah belakangan mengalami penurunan yang sangat tajam. Bawang merah saat ini dijual dikisaran harga Rp25.000 hingga Rp30.000, setelah dua pekan sebelumnya sempat menyentuh Rp35.000 per kg.

BACA JUGA:  Manfaat Jadi Mitra UMKM Binaan Bank Indonesia, Omzet Meningkat 100 Persen hingga Promosi Gratis

Sedangkan, kinerja harga daging ayam dalam sepekan terakhir mulai berangsur turun. Setelah sempat menyentuh Rp36.000 per kg, kini harga daging ayam dijual dikisaran Rp32.000 hingga Rp33.000 per kg.

“Dari sejumlah rentetan harga yang terjadi belakangan ini khususnya dalam satu bulan terakhir, harga kebutuhan pokok masyarakat rata-rata masih stabil,” kata Gunawan.

Kendari demikian, selama bulan Desember nantinya, harga sejumlah kebutuhan pokok berpeluang untuk mengalami kenaikan. Hal ini kemungkinan besar dipicu curah hujan yang tinggi ditambah, dengan belanja masyarakat yang mengalami peningkatan karena bertepatan libur panjang keagamaan dan tahun baru.

BACA JUGA:  Pasar Akik Direvitalisasi

“Pemerintah harus mewaspadai kemungkinan tren harga kebutuhan pangan yang semakin memburuk. Ada banyak komoditas yang berpeluang mengalami kenaikan harga, baik komoditas yang tahan lama ataupun komoditas lain seperti bumbu-bumbuan. Pasrah dengan keadaan jelas tidak akan menawarkan solusi apapun bagi masyarakat. Resesi di tengah pandemi memang seharusnya diikuti dengan harga barang yang terkendali,” tukasnya. (*)

 

Reporter : Rayyan Tarigan
Editor        : Iqbal Hrp
Foto            : 

Konten Terkait

Pajak Progresif Tanah Tunggu Waktu, Aturannya Segera Disiapkan

valdesz

Telkomsel Hadirkan Nextdev 2022 di Medan, Perkuat Fundamental Startup Digital Tanah Air

Editor prosumut.com

Luhut Sesalkan Aksi Aktivis Greenpeace

Val Vasco Venedict