Prosumut
Opini

‘Perasaan Merdeka’

PROSUMUT – Dua pekan belakangan ini, desa tempat kami tinggal sekarang sibuk bersolek menyambut Hari Kemerdekaan ke-77 tahun Republik Indonesia. Mulai dari imbauan pemasangan bendera ke rumah-rumah warga, umbul-umbul merah putih di sepanjang jalan, hingga persiapan lapangan untuk berbagai perlombaan yang akan digelar.

Di pekan lalu misalnya, saya ingat betul sehabis memasang bendera merah putih namun setengah tiang, hehehe. Tiga hari setelah itu, sejumlah petugas Desa Karang Tengah, Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) datang.


“Ayah, orang desa datang cabut bendera kita,” kata istri sambil tersenyum. “Loh, ada apa rupanya (sampai dicabut),” tanya saya balik.

“Mereka bilang diganti pakai tiang bendera dari desa,” balas istri saya lagi. “Oh, baguslah itu,” jawab saya diplomatis.

Tak lama berselang, datang menemui saya seorang staf desa. “Bang, nanti benderanya dipasang di tiang yang sudah kami kasih ya,” ujarnya.

“Oke mantap, terima kasih ya,” jawab saya seraya melambaikan jempol padanya.

Posisi bendera yang saya pasang memang sengaja setengah tiang. Tepat di tiang kanopi sisi kanan dari depan rumah kami. Itu saya pasang minggu sebelumnya.

Sebenarnya bisa saja saya pasang hingga ke atas tiang, namun entah kenapa berat sekali rasanya untuk melakukan itu. Sebab saya harus manjat lagi menggunakan tangga. Belum lagi harus mengeluarkan dan mengangkat tangga tersebut dari dalam gudang.


“Masak bendera yang kalian pasang setengah tiang, ini pasang di tiang yang sudah kami kasih,” kata istri saya menirukan bahasa Rian, pegawai honor desa sewaktu memberikan tiang tersebut.

Istri pun tertawa waktu itu. Saya hanya merespon: “Memang kita belum seutuhnya merdeka, makanya dipasang setengah tiang, bilang tadi begitu maunya”. Akhirnya kami pun tertawa bersama.

Ternyata tiang-tiang berwarna putih itu gratis diberikan pihak desa kepada warga. Agar secara kompak dan seragam di depan rumah warga berdiri tegak lambang kecintaan terhadap negeri yang kaya akan sumber daya alam ini.

Setelah diganti dengan tiang baru dan dipasang bendera, tampak halaman depan rumah-rumah warga kami juga memasang bendera Merah Putih. Di rumah kami, istri saya yang akhirnya memasang bendera secara sempurna itu. Tepat digandeng pada sisi kanan dari tiang kanopi tadi.

Semarak dan semangat Hari Kemerdekaan lantas seolah membuncah. Mengenang hebatnya jasa-jasa dan perjuangan para pejuang bangsa mengusir penjajah kala itu, kembali terngiang di memori.

Bahkan di sepanjang jalan beberapa titik terutama dekat perbatasan wilayah dengan desa lain, umbul-umbul merah putih gagah berdiri. Tapal batas antardesa kami juga, tak kalah kinclong. Tampak di-cat lagi oleh pihak desa. Meriah sekali rasanya.

Kemeriahan lain menyongsong Hari Kemerdekaan di desa kami, dengan tampak sibuknya tiap lingkungan (dusun) menyusun program perlombaan. Lahan-lahan tidur milik warga terlihat dimanfaatkan untuk itu. Informasinya, perlombaan yang diinisiasi pihak desa, baik untuk anak-anak dan dewasa, akan digelar pada Minggu. Meski 17 Agustus tahun ini sejatinya jatuh pada Rabu.

“Minggu baru diadakan (lomba) dan baru tahun ini ada 17-an lagi (mengingat) tahun-tahun sebelumnya masih Covid,” ujar seorang warga yang sudah lebih dari 30 tahun tinggal di Desa Karang Tengah itu.

Sterilisasi lapak lomba itu, misalnya, sudah terlihat di Dusun IV. Bahkan bendera Merah Putih dari kertas tersebut, telah terpasang. Lengkap dengan penampakan teratak besi di arena lomba. Seru sekali, bukan!

Keseruan serupa saya rasa juga terjadi di tempat lain. Pada tahun ini, ‘geber’ lagi momen 17-an dengan berbagai perlombaan, bakal dilaksanakan oleh rakyat Indonesia. Seperti di dua tempat tinggal saya sebelumnya, di Kota Medan dan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang. Saya melihat mereka telah membentuk kepanitiaan untuk melaksanakan kegiatan mengasyikkan tersebut.

Di tempat tinggal saya sewaktu kecil hingga remaja, yakni di Jalan Garu VI Kecamatan Medan Amplas, meminta partisipasi saya untuk kemeriahan acara 17-an. Tanpa pikir panjang, saya pun ikut berpartisipasi semampunya.

Sebab dulunya saya juga aktif bersama rekan-rekan sebaya masa itu, senantiasa buat kegiatan 17-an di kampung tercinta yang pernah membesarkan kami tersebut.

Kendati gegap gempita 17-an tahun ini tak bisa terelakan lagi seperti tahun-tahun sebelumnya, makna kemerdekaan sejati belum terasa ‘plong’ bagi seluruh rakyat Indonesia.

Banyak hal yang meliputinya. Paling esensial soal harga-harga barang kebutuhan pokok. Sangat meroket.

Hebatnya pula, beberapa komoditi justru belum mampu diintervensi pemerintah sampai sekarang. Contohnya, untuk semua jenis cabai dan juga bawang, harganya masih di kisaran Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu (untuk cabai wilayah Deli Serdang dan Sergai). Padahal itu bumbu masakan yang mesti ada setiap rumah tangga.

Belum lagi kenaikan harga beras, garam, gas elpiji, token listrik hingga bahan bakar minyak. Hal ini menambah kesulitan hidup di zaman milenial, seakan seperti belum merdeka dari penjajah rasanya.

Di mana pun, di lapisan bawah saat ini, rakyat bercerita tentang sulitnya hidup. Apa-apa serba mahal. Yang jualan atau usaha dengan pembeli/konsumen, sama-sama satu rasa soal itu.

Poinnya seperti cerita saya di awal, bendera setengah tiang yang dipasang sebelumnya, adalah kode bahwa kita belum merdeka seutuhnya. Belum merdeka dari murahnya harga-harga kebutuhan pokok, belum merdeka dari murahnya biaya pendidikan, belum merdeka dari murahnya kuota internet, dan banyak aspek lain lagi kemerdekaan itu belum terwujud saat ini. Lantas bagaimana pula kita mau sejahtera, kalau di semua aspek itu kita belum berperasaan merdeka?

Ya sudahlah itu, esok kita sudah merayakan kemerdekaan ke-77 tahun. Sekali merdeka tetap merdeka. Dirgahayu Indonesiaku! (*)

*Penulis Pran Hasibuan, jurnalis di Sumatera Utara.


Editor : Muhammad Idris

Konten Terkait

Pemerintah Jangan Berpangku Tangan dalam Memperkuat UMKM

Editor Prosumut.com

Dilema Rokok dan Tembakau

Editor prosumut.com

Debut Maarten Paez dan Kagetnya Arab Saudi

Editor prosumut.com

Pro & Kontra Eksistensi BPR Pada Era Digital: Apakah Masih Relevan?

admin2@prosumut

Daftarkan Janda-janda Bolong Anda ke dalam LHKPN

Editor Prosumut.com

Peta Sosiologi Kepemimpinan Polri dan Agenda Membangun Indonesia Maju

Editor Prosumut.com
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara