PROSUMUT – Angka Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) terus meningkat tajam. Berdasarkan data yang diungkapkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, pasien positif sudah tembus 1.024 Kasus.
Juru Bicara (Jubir) GTPP Covid-19 Provinsi Sumut Mayor Kes dr Whiko Irwan menyampaikan ada peningkatan sebanyak 31 kasus baru dibandingkan dibandingkan data sehari sebelumnya. “Dari 993 kini menjadi 1.024 orang,” sebutnya, Jumat 19 Juni 2020.
Sementara itu, sambung dia, untuk Orang Dalam Pemantauan (ODP) kata dia, juga terjadi peningkatan 885 menjadi 899 orang, kemudian Pasien Dalam Pengawasan (PDP) naik dari 159 menjadi 177. Sedangkan yang meninggal masih tetap diangka 67 orang.
“Untuk pasien sembuh juga terjadi kenaikan dari 233 menjadi 249 penderita. Karenanya, kita patut bersyukur penderita yang sembuh terus terjadi peningkatan. Hal ini menunjukkan usaha dari Gugus Tugas untuk mengobati penderita covid agar tercapai kesembuhan,” jelasnya.
Disamping itu, Whiko juga menyampaikan, penambahan penderita Covid-19 positif ini terjadi di Kota Medan sebanyak 17 orang. Selanjutnya Pematang Siantar satu orang, Deliserdang empat orang, Simalungun empat orang, Batubara satu orang, Gunung Sitoli satu orang dan domisili tidak diketahui tiga orang.
“Saat ini tercatat untuk RS darurat rujukan Covid-19, di RS Martha Friska Multatuli merawat 73 pasien, dan RS GL Tobing sebanyak 60 pasien,” terangnya.
Whiko mengutarakan, menjelang pelaksanaan new normal di Provinsi Sumut, pandemi Covid-19 masih terus berlangsung. Berakhirnya pandemi ini baru apabila ditemukannya vaksin yang sesuai untuk Covid-19 di Indonesia, atau seluruh masyarakat Sumut telah imun secara alami terhadap virus corona ini.
“Vaksin adalah bibit penyakit dalam hal ini anti gen virus atau virus corona yang sudah dilemahkan dan digunakan untuk menstimulasi imunitas tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala klinis penyakit. Vaksin dapat digunakan pada orang beresiko tinggi dan memiliki komorbid terhadap serangan Covid-19, sehingga dapat digunakan secara luas ke masyarakat,” tuturnya.
Untuk menanggulangi virus corona, ujar Whiko, setidaknya 2/3 masyarakat harus divaksin. Namun realitanya saat ini, vaksin masih dalam tahap pengembangan, dan perusahaan farmasi nasional yang mengembangkan ini masih dalam tahap uji klinis dan belum bisa digunakan untuk masyarakat luas.
Beberapa hambatan yang menyebabkan vaksin lama dalam produksinya, papar Whiko, antara lain, karena vaksin harus benar-benar menimbulkan imunitas terhadap strain virus corona yang ada di Indonesia.
Vaksin juga harus melalui beberapa uji klinis yang membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan untuk memastikan keamanannya digunakan pada manusia tanpa menimbulkan gejala klinis penyakit dan tidak menimbulkan efek samping yang berarti.
“Kemudian vaksin harus diproduksi dalam jumlah besar yang dan membutuhkan bahan baku yang banyak serta biaya yang besar,” tukasnya. (*)
Reporter : Nastasia
Editor : Iqbal Hrp
Foto :