PROSUMUT – Karena hanya memiliki tiga kelas untuk belajar, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Medan akan menggabungkan SD Negeri 060959 dan 060961 di Kecamatan Medan Belawan.
Alasannya, karena jumlah murid kedua sekolah tersebut hanya sekitar 100 lebih.
“Karena jumlah siswa kedua SD negeri tersebut tak sampai 200, rencana kita mau di-merger atau disatukan,” ujar Kasubbag Kepegawaian Disdik Medan, E Sipayung Kamis 28 Maret 2019.
Kata Sipayung, dengan digabungkan kedua sekolah itu otomatis kepala sekolahnya tidak ada diberhentikan.
Nantinya, jika ada kepala sekolah yang pensiun maka langsung dimutasikan untuk mengisi jabatan itu.
“Kalau ditutup sekolahnya, kan tidak mungkin. Tentu ada yang terbuang kepala sekolahnya. Maka dari itu, rencana kita di-merger dan kepala sekolahnya menunggu ada yang pensiun lalu ditempatkan di sana,” sebutnya.
Menurut dia, ada opsi lain sebagai solusi dengan membangun kedua sekolah tersebut. Namun, karena kedua sekolah itu persoalannya sama dengan jumlah muridnya di bawah 200 anak, maka lebih efisien dilakukan merger.
“Kalau mau dibangun, lahan tidak cukup. Kalau mau ditingkatkan harus diusulkan dulu ke Dinas Perkim-PR,” ucapnya.
Walau demikian, sambung dia, baik merger atau ditingkat melihat dulu bagaimana kondisi nantinya. Namun, kemungkinan besar akan digabungkan.
“Tidak mungkin kita tutup sekolah itu, bagaimana pula nasib kepala sekolahnya? Untuk itu, rencana kita paling tidak di-merger tadi, digabung menjadi satu sekolah,” tandasnya.
Diketahui, kondisi kedua SD negeri tersebut benar-benar masih jauh dari kata layak. Selain hanya memiliki 3 ruangan kelas untuk belajar, sekolah tersebut tak memiliki perpustakaan dan arena bermain.
“Sekolah kami hanya terdiri dari 3 kelas. Padahal, logikanya SD itu harus 6 kelas karena terdiri dari kelas 1 hingga kelas 6. Berbeda dengan SMP, hanya terdiri dari 3 jenjang,” ujar Kepala SD Negeri 060959, Rosita Harianja.
Rosita mengaku miris dengan kondisi sekolah yang belum genap setahun dipimpinnya. Semenjak Agustus 2018 memimpin sekolah tersebut, kondisinya sudah seperti itu.
“Karena cuma punya 3 kelas, maka ruang belajar untuk anak-anak dibagi dua. Setiap kelas disekat menggunakan triplek,” sebutnya.
Tak hanya itu saja, sambung dia, fasilitas sekolah seperti halaman untuk bermain anak-anak sangat kecil. Selain itu, tidak ada perpustakaan.
Menurut Rosita, dengan kondisi sarana sekolah yang miris, bagaimana mungkin meningkatkan kualitas peserta didik. Sebab, perkembangan psikologis mereka benar-benar menderita.
“Seharusnya, anak-anak itu ada tempat bermain, ruang belajar yang nyaman dan berbagai fasiltas lainnya. Jangan pula ketika dewasa nanti, anak-anak tersebut baru merasakannya, akibat tidak mendapatkan lingkungan bermain semasa kecil,” jelasnya.
Rosita berharap, kondisi sarana dan prasarana sekolah yang sangat miris ini menjadi perhatian serius dari Disdik Medan. Begitu juga dengan SD Negeri 060961, yang bersebelahan secara persis. Kondisinya juga tak jauh berbeda, minim sarana sekolah.(*)