PROSUMUT – Keputusan strategis dalam menyelesaikan masalah menjadi perhatian berbagai pihak. Pada dasarnya kemampuan mencari, mengumpulkan dan memaknai data menjadi hal penting untuk mencari solusi dari masalah yang kompleks.
Berangkat dari hal tersebut Lokadata dan Beritagar.id mengadakan Indonesia Lokadata Conference (ILOC) 2019. Bertempat di Grand Ballroom Kempinski Jakarta Pusat, ILOC 2019 menghadirkan banyak pembicara yang berpengalaman dari berbagai bidang terkait data.
“Memiliki data yang lengkap dan memadai adalah aset berharga. Tapi analisis dan menarik kesimpulan atas data juga sangat penting. Jika terjadi kesalahan di salah satu proses ini, maka hasil akhirnya tidak akan maksimal,” ujar Herman Kwok, CEO Lokadata.
Dalam event ini Lokadata juga menggandeng Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kantor Staf Presiden (KSP), menggelar konferensi data untuk para pengambil kebijakan.
“Harus diakui jika kebijakan selalu tertinggal jauh dibanding realitas. Relitas ada, penelitian ilmiahnya setahu dua tahun di belakangnya, kebijakannya tertinggal nggak tahu di mana,” ujar Yanuar Nugroho, Deputi II Kepala Staf Kepresiden. Ia juga menegaskan data harus dijadikan mindset sebagai aset untuk menjalankan dan mengawasi sumber pendanaan Pemerintah.
Pembahasan ILOC dibagi dalam berbagai topik pilihan. Antara lain adalah bagaimana data diolah untuk menghasilkan informasi berharga bagi manajemen yang akan dibahas oleh CDO Lokadata Ahmad Suwandi.
Bahasan ini juga dibarengi dengan pemaparan studi kasus penggunaan data di Blibli.com oleh SVP Operations and Product Management Blibli.com, Lisa Widodo.
eski bernilai positif, data juga memiliki dampak buruk. CEO GDP Venture Martin Hartono pun mengungkapkan sisi gelap dari kekuatan data.
“Data bisa membuat manusia menjadi hilang perasaan. Karena selalu identik dengan angka, data juga harus bisa dimaknai dan disampaikan dengan baik agar bisa berdampak,” ujar Martin Hartono.
Hal yang sama juga diungkapkan Ahmad Suwandi, CDO Lokadata Ahmad Suwandi. Pria yang akrab disapa Wandi pun turut menjelaskan beberapa data dan fakta unik tentang Indonesia.
“Kami pernah membuat riset tentang nasi goreng. Nasi goreng ini ternyata adalah menu frustasi. Orang yang nggak tahu mau makan apa di restoran pesennya nasi goreng sama es teh manis,” ujar Wandi disambut gelak tawa.
Acara yang mengulas berbagai topik mengenai data ini juga dihadiri oleh banyak kalangan mulai dari mahasiswa, akademi, sampai para pebisnis. Diharapkan para peserta dapat memahami pentingnya mencari, mengumpulkan, dan memaknai data agar pengambilan keputusan strategis menjadi tepat sasaran. (*)