PROSUMUT – Produksi karet Sumatera Utara mengalami penurunan akibat dari sedang terjadinya musim gugur daun di daerah tersebut. Tak hanya di Sumut, musim tersebut juga terjadi di sentra produksi karet yang berada di belahan utara khatulistiwa.
Hal ini dibenarkan Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, yang mengatakan musim gugur daun ini berlangsung pada Januari sampai Maret. Di Sumut sendiri saat ini tengah memasuki gugur daun fase kedua, yang ditandai dengan daun dalam kondisi kuning menyeluruh dan sebagian sudah gugur.
Menurut Edy, gugur daun ini biasanya terjadi pada musim kemarau. Pada keadaan ini tanaman secara fisiologi beradaptasi terhadap lingkungan dengan menggugurkan daun untuk mengatasi kebutuhan air.
“Peristiwa terjadinya gugur daun mengakibatkan produksi kebun karet di Sumut berpotensi menurun,” katanya, Senin 25 Februari 2019.
Ia menerangkan, tanaman karet menggugurkan daunnya secara periodik akibat kekeringan yang terjadi pada bulan-bulan kering setiap tahunnya secara alami.
Penghasil karet alam yang berada di belahan utara khatulistiwa memiliki pola produksi rendah pada bulan Februari hingga April. Produksi karet Sumut akan kembali mengalami produksi tertinggi pada bulan Oktober hingga Desember.
“Di tengah penurunan produksi ini, petani karet berharap harga jual karet akan meningkat. Harga karet alam ditingkat petani masih sekitar Rp7.000an per kg” tuturnya.
Terkait produksi, Edy belum bisa menyebutkan produksi karet Sumut maupun Indonesia di Januari dan Februari 2019. Namun di 2018, pada Januari dan Februari, produksi karet Indonesia, masing-masing sebanyak 295.000 ton dan 298.100 ton. (*)