PROSUMUT – Memasuki putaran terakhir debat Pilpres 2019, lembaga survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan elektabilitas pasangan calon (paslon) Jokowi-Ma’ruf mulai bergerak meninggalkan pesaingnya, Prabowo-Sandi.
Jokowi-Ma’ruf meraih elektabilitas 58,2 persen, setelah sebelumnya cenderung stagnan pada kisaran 54-56 persen. Sedangkan Prabowo-Sandi 33,7 persen, masih relatif stabil.
“Tiga bulan terakhir elektabilitas capres-cawapres terkunci, tetapi kini Jokowi-Ma’ruf berhasil keluar dari stagnasi,” ungkap Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam siaran pers di Jakarta, pada Kamis 28 Maret 2019.
Vivin menilai jika paslon Jokowi-Ma’ruf mampu mempertahankan momentum, dapat diprediksi akan keluar sebagai pemenang Pilpres 2019. Menurut Vivin, publik mulai melihat perbedaan visi-misi dan program di antara kedua paslon.
“Capres petahana tetap mengandalkan program-program yang sudah berjalan, seperti pembangunan infrastruktur. Uji coba dan peresmian MRT misalnya, menjadi pembuktian Jokowi mampu merealisasikan infrastruktur yang tertunda selama puluhan tahun,” jelas Vivin.
Di sisi lain, lanjut dia, Jokowi-Ma’ruf juga menawarkan janji-janji baru, seperti kartu prakerja. Selain didesain untuk mengatasi persoalan lapangan kerja, program ini diharapkan mampu menaikkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Selama 4,5 tahun Jokowi dikritik terlalu fokus pada infrastruktur, kemudian dijawab dengan program pembangunan SDM,” kata Vivin.
Sebaliknya, kubu penantang dengan nomor 02 masih mengulang-ulang wacana yang berbau nasionalistik. Prabowo berkali-kali mengungkapkan isu kebocoran kekayaan negara dan bertekad untuk tidak lagi membuka keran impor.
“Sudah sejak laga pertama Prabowo melawan Jokowi pada 2014 silam, wacana kebocoran pun malah jadi anekdot di mata publik,” tandas Vivin.
Vivin juga menuturkan Prabowo-Sandi kemudian memperdalam janji-janjinya, seperti tekad untuk menurunkan harga bahan pokok dan tarif listrik dalam 100 hari pemerintahan. Atau mengusulkan kebijakan meliburkan sekolah sebulan penuh selama Ramadan.
“Kandidat penantang ingin menunjukkan kelemahan petahana dalam mengelola sejumlah isu,” ujar Vivin.
Lebih lanjut, dia menilai pemilih yang belum memutuskan tinggal satu digit sebesar 8,3 persen. Menurut dia, kedua paslon hanya memiliki sedikit ruang untuk menaikkan elektabilitas.
“Kedua paslon harus memaksimalkan amunisi yang tersisa pada putaran akhir musim kampanye, pada medium kampanye terbuka dan pemasangan iklan di media massa,” pungkas Vivin.
Survei indEX Research dilakukan pada rentang waktu 11-20 Maret 2019, dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) dengan margin of error ±2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.