Prosumut
Ekonomi

Ekonomi Global Terancam Resesi Akibat Perang Iran-AS

PROSUMUT – Ketegangan antara Iran dan AS yang kembali mengalami peningkatan, dimana Iran mulai melakukan serangan ke sejumlah basis militer AS di Irak. Kondisi ini pun dikhawatirkan berdampak terhdap ekonomi global yang bukan tidak mungkin terancam resesi.

Menurut pengamat ekonomi dari UIN Sumut, Gunawan Benjamin dari pasar keuangan, perang ini telah memicu pelemaham indeks sejumlah negara tanpa terkecuali Indonesia.

Indeks saham di Indonesia mengalami pelemahan sampai saat ini. Tren pelemahan indeks saham ini juga masih akan berlanjut selama ketegangan diantara kedua negara tidak mereda.

BACA JUGA:  Pertamina Sumbagut Pastikan Distribusi BBM pada Libur Panjang Akhir Pekan Berjalan Optimal di Sumut

Selain indeks saham, mata uang rupiah juga terpantau melemah. Investor cenderung lebih memilih emas dibandingkan dengan memegang mata uang tertentu.

Ini bisa berakibat pada pelemahan mata uang di banyak negara, dan bagi banyak negara yang dirugikan dengan pelemahan mata uangnya akan mendapatkan multiplier efek yang besar.

“Salah satunya adalah melebarnya defisit neraca perdagangan. Kenaikan sejumlah barang impor, yang bisa berujung pada memburuknya ekonomi makro di negara masing-masing. Jika perang terus terjadi, merembet ke perang yang lain ataupun ke masalah lainnya maka ekonomi global bakal terancam resesi,” ujar Gunawan, Kamis 9 Januari 2020.

BACA JUGA:  Pertamina Sumbagut Pastikan Distribusi BBM pada Libur Panjang Akhir Pekan Berjalan Optimal di Sumut

Yakni, sambung dia, terjadi inflasi tinggi, pertumbuhan ekonomi melambat yang berunjung kepada menurunnya aktifitas ekonomi di negara masing masing.

Karenanya, tidak ada pilihan lain bagi untuk tidak melakukan upaya konkrit dalam menghadapi situasi yang sulit seperti saat ini.

BACA JUGA:  Pertamina Sumbagut Pastikan Distribusi BBM pada Libur Panjang Akhir Pekan Berjalan Optimal di Sumut

Penghematan harus dilakukan, kenaikan harga BBM sulit untuk dihindarkan, kebijakan pruden harus diterapkan, dan neraca perdagangan harus di stabilkan.

“Cadangan devisa disiagakan agar tidak habis untuk intervensi, serta melakukan diversifikasi ekspor. Ataupun, melakukan serangkaian kebijakan konkrit untuk mendongkrak konsumsi domestik komoditas ekspor kita yang kesulitan dalam penyerapan pasarnya,” tukasnya. (*)

Konten Terkait

Sofyan Tan Minta BPS Ungkap Persoalan Angka Pengangguran Lewat Sensus Ekonomi 2026

Editor prosumut.com

Telkomsel dan Gojek Perkuat Sinergi untuk Pemberdayaan Mitra UMKM

Editor Prosumut.com

Side Events Presidensi G20 Siap Digelar, Citra Positif Indonesia

Editor prosumut.com

Ekspor Kopi, Teh dan Rempah Naik di Akhir Desember 2020

Editor Prosumut.com

Trafik Layanan Data Telkomsel Tumbuh 43 Persen Selama F1 Powerboat Danau Toba

Editor prosumut.com

Kinerja Perusahaan Pialang Ini Melejit di Semester I 2019

Editor prosumut.com
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara