PROSUMUT – Sejumlah dosen Universitas Sumatera Utara (USU) mengolah limbah kulit jeruk menjadi bahan baku body scrub pencerah kulit dan eco-enzyme. Inovasi ini dilakukan bersama Kelompok Wanita Tani Tangguh Desa Karang Gading, Secanggang, Langkat, sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Dosen Farmasi USU yang juga Ketua Tim Pelaksana, Dwi Lestari P SSi MSi Apt menjelaskan, kulit buah jeruk mengandung minyak atsiri yang berkhasiat antiseptik, astringen, hemostatik, restoratif dan tonikum. Selain itu, kandungan flavanoidnya berkhasiat antibakteri, yang diketahui dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aereus (salah satu kuman pada kulit).
“Kulit jeruk yang dikeringkan dan dihaluskan dapat berfungsi juga sebagai skin exfoliating yang membantu pengelupasan kulit mati sehingga memberikan efek bersih dan mencerahkan warna kulit.
Karena itu, kulit jeruk dapat diolah menjadi bahan baku untuk kosmetika body scrub untuk tujuan perawatan dan memperbaikan penampilan diri,” ungkap Dwi didampingi anggota tim Prof Dr Julia Reveny MSi Apt (dosen Farmasi), Rony Abdi Syahputra SFarm MFarm (dosen Farmasi), dan Rahmi Utami ST MT (dosen Teknik Lingkungan), Jumat 21 Oktober 2022.
Dwi mengungkapkan, limbah jeruk segar dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku membuat eco-enzyme yang merupakan hasil fermentasi limbah sampah organik, sehingga dapat mengurangi jumlah sampah organik yang berlimpah. Eco-enzyme dihasilkan melalui fermentasi campuran gula merah, air, limbah buah-buahan termasuk kulit jeruk yang masih segar tapi sudah dibuang.
“Proses tersebut memakan waktu selama kurang lebih 3 bulan. Hasil fermentasi adalah eco-enzyme cair berwarna coklat gelap dan residu limbah jeruk. Residu dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Sedangkan eco-enzyme cair, yang merupakan larutan kompleks berwarna coklat tua hasil fermentasi limbah buah-buahan dapat dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, cairan desinfektan, dan insektisida,” terang Dwi.
Dia mengatakan, pemanfaatan limbah kulit jeruk yang dilakukan bersama Kelompok Wanita Tani Tangguh Desa Karang Gading, Secanggang, Langkat, karena seringkali menghadapi kendala pada saat menjelang maupun saat panen. Hal ini lantaran munculnya hama lalat buah yang menyebabkan jeruk tidak memenuhi kualifikasi pasar dan kemudian menjadi limbah yang menumpuk di kebun-kebun mereka.
“Limbah kulit jeruk diolah yang dipadukan dengan rimpang kunyit menjadi bahan baku produk kosmetika body scrub pencerah kulit. Selain itu, juga memberi pelatihan produksi ekoenzim dari sampah jeruk yang berlimpah dan dapat diterapkan dalam level rumah tangga,” ujarnya.
Menurut Dwi, pengolahan limbah kulit jeruk tersebut dilakukan untuk pemotongan alur distribusi sampah organik menjadi produk yang lebih bermanfaat. Harapannya tentu dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Kelompok Wanita Tani Tangguh Desa Karang Gading, Secanggang, Langkat, serta masyarakat setempat dalam mengolah limbah kulit jeruk. Lebih jauh lagi diharapkan mereka dapat mengembangkan produknya dengan lebih baik dan beragam,” sambung Dwi.
Ia menambahkan, program pengabdian kepada masyarakat ini telah dilaksanakan pada 3 September 2022 lalu dan tetap dilanjutkan dengan kegiatan monitoring serta lanjutan sepanjang bulan Oktober dan November mendatang.
Ketua Kelompok Wanita Tani Tangguh Desa Karang Gading, Langkat, Tumini, sangat mengapresiasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. “Kami berterima kasih atas kehadiran bapak ibu dosen dan adik-adik mahasiswa, sehingga anggota kami mendapatkan pengetahuan baru mengenai pemanfaatan buah-buah yang masih baik namun tidak laku dijual karena ulat buah. Kami berharap pengabdian kepada masyarakat ini dapat berlanjut di masa akan datang,” ujarnya. (*)
Editor : Muhammad Idris