Prosumut
Ekonomi

Perang AS – Iran, Petani Sawit Indonesia Diuntungkan

PROSUMUT – Ketidakstian geopolitik kembali mengancam pasar keuangan maupun ekonomi global, setelah serangan Amerika Serikat (AS) dilakukan untuk membunuh petinggi militer Iran.

Ketidakpastian ini akan mengakibatkan tekanan setelah sebelumnya pasar justru merasa tenang dengan kesepakatan perdagangan yang rencananya akan ditanda tangani pada 15 Januari mendatang antara AS dengan China.

“Jika sebelumnya pasar selalu bergejolak dikarenakan oleh memburuknya hubungan dagang antara AS dengan Cina. Nah saat ini, tahun 2020 yang belum sepekan kita lewati, sudah ada konflik baru yang menambah buram ekspektasi kondisi ekonomi global kedepan. Kalau sebelumnya kita dikhawatirkan dengan perang dagang, saat ini ancaman militer menjadi kekhawatiran baru bagi kita semua,” ungkap pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin, Senin 6 Januari 2020.

BACA JUGA:  Pertamina Patra Niaga Sumbagut Lakukan Cek Harian SPBU di Seluruh Wilayah

Gunawan menilai, setidaknya ada beberapa persoalan di tahun 2020 ini yang berpeluang menekan ekonomi dunia. Kemungkinan perang AS dengan Iran, perang dagang yang besar kemungkinan masih terus berlanjut, Pemilu di AS, masalah Brexit, dan belum sepenuhnya memperhitungkan perlambatan kinerja ekonomi dunia maupun masalah ekonomi besar lainnya.

“Ancaman perang ini nantinya akan sangat potensial memicu kenaikan harga minyak mentah dunia. Mengingat sekalipun serangan yang dilakukan AS belakangan ditujukan ke Iran. Namun, Iran bisa saja menyerang sekutu AS di timur tengah khususnya Arab Saudi. Hal ini bisa memicu terjadinya kenaikan harga minyak mentah dunia,” ujar Gunawan.

BACA JUGA:  Sofyan Tan: Kuasai Statistik, Kunci Sukses Masa Depan

Kata dia, fakta juga menunjukan bahwa, serangan AS ke Jenderal Iran mengakibatkan harga minyak mentah meroket 3 persen setelah serangan tersebut. Kenaikan harga minyak mentah tersebut memang bisa memicu kenaikan harga komoditas lainnya.

Namun, bagi Indonesia kenaikan harga minyak mentah tersbeut justru akan membebani anggaran yang berpotensi memicu kenaikan sejumlah kebutuhan dasar seperti BBM, maupun Listrik.

“Harga minyak mentah naik dari posisi $61 per barel di awal tahun. Namun, sehari setelahnya harga minyak meroket ke level $63 per barel. Bagi Sumut, munculnya perang ini memilliki sisi positif yakni kemungkinan kenaikan harga sawit nantinya. Meskipun belum bisa dipastikan 100 persen, karena respon dari kenaikan harga minyak mentah itu tadi baru akan kita lihat pengaruhnya di pekan ini,” beber Gunawan.

BACA JUGA:  Bank Indonesia Gelar QRIS Jelajah Budaya Indonesia 2025 di Sumatera

Walau demikian, sambungnya, kenaikan harga minyak mentah dunia tersebut disisi lain justru bisa mengakibatkan masalah lain yang bisa berimbas pada ekonomi makro seperti pelemahan mata uang ataupun kenaikan sejumlah kebutuhan pokok masyarakat.

“Kita harus mewaspadai dampak serangan AS yang ditujukan ke Jenderal Iran tersebut,” tandasnya. (*)

Konten Terkait

LPEI Dampingi UMKM Naik Kelas

Editor prosumut.com

Wardah Gelar Ramadan Gathering Akbar Secara Serentak di 22 Titik Indonesia dan Malaysia

Editor prosumut.com

MKI Sumut Gelar Seminar Nasional Pengembangan Energi Terbarukan dan Pameran Inovasi

Editor prosumut.com

Bukukan Transaksi USD 6,06 Miliar, Mendag: Capaian TEI 2021 Menggembirakan

Editor prosumut.com

Harga Bawang Putih di Medan Melonjak, Disusul Cabai dan Tomat

Ridwan Syamsuri

Side Events Presidensi G20 Siap Digelar, Citra Positif Indonesia

Editor prosumut.com
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara