PROSUMUT – Menurut Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, deflasi yang terjadi di bulan Desember 2019 menjadi menjadi kabar baik sekaligus penutup besaran inflasi selama tahun berjalan 2019.
Realisasi deflasi yang terjadi di Sumut sebesar 0.19 persen memberikan gambaran bahwa meskipun ada perayaan keagamaan seperti Natal maupun menjelang Tahun Baru 2020, Sumut justru mampu merealisasikan laju rata-rata penurunan kebutuhan masyarakat.
Berbeda dengan rata-rata nasional, dimana Indonesia secara keseluruhan justru mengalami inflasi yang angkanya itu sebesar 0.34 persen.
Secara keseluruhan dirinya menilai bahwa inflasi di Sumut merupakan sebuah keberhasilan dibandingkan hanya keberuntungan saja.
Mengingat Sumut kedodoran hingga di bulan Oktober dimana laju tekanan inflasi mereda dan secara beruntung Sumut seterusnya mengalami deflasi.
“Inflasi Sumut yang sempat merealisasikan angka di atas 5 persen, membuat kita semua sempat pesimis. Sumut seakan jauh dari kemampuannya mencetak inflasi yang angkanya setara dengan realisasi nasional. Disaat inflasi nasional masih di kisaran 1 persen-an, Sumut justru mencapai 5.4 persen. Namun di akhir tahun ini, realisasi laju inflasi kumulatif Sumut berada di bawah nasional,” kata Gunawan, Jumat 3 Januari 2020.
Lanjutnya, inflasi nasional di tahun 2019 sebesar 2.72 persen, sementara Sumut sebesar 2.33 persen.
Padahal hingga 8 bulan pertama tahun 2019, inflasi Sumut sempat menjulang di 5.4 persen.
Menurutnya ini sebuah keberhasilan yang spektakuler, padahal semua orang sempat pesimis Sumut inflasinya mampu sesuai target bank Indonesia. Bahkan di bawah batas paling bawah target BI 3.5 persen, minus 1 persen.
“Ibarat nonton bola kaki, Sumut ini tim sepak bolanya sudah tertinggal 5-1. Semua orang pesimis Sumut bisa menang, sangking pesimisnya banyak suporternya yang meninggalkan stadion. Namun di sepertiga waktu tersisa kondisinya dibalikkan dan justru berakhir dengan kemenangan. Cerita realisasi inflasi selama tahun 2019 ini seharusnya menjadi cerita yang bersejarah bagi Sumut, terkait dengan pengendalian inflasi maupun ekonomi makro Sumut,” ungkap Gunawan.
Sementara itu, fluktuasi inflasi yang tercipta dipicu oleh kenaikan maupun penurunan harga komoditas cabai, daging ayam, dan bawang.
Sumut tidak diuntungkan di awal karena buruknya cuaca, erupsi, hingga masalah serangan hama yang mengakibatkan suplai bahan pangan di Sumut terganggu. Namun dengan cepat di 4 bulan terakhir, semua kondisi tersebut mampu diselesaikan.
“Koordinasi yang dilakukan antar departemen, cuaca yang lebih bersahabat menjadi salah satu kunci keberhasilan pengendalian inflasi. Kita berharap di tahun depan Sumut mampu merealisasikan inflasi yang rendah (terjaga) sehingga tidak menggerus daya beli masyarakat di Sumut serta menjaga kesejahteraan petani di Sumut,” pungkasnya. (*)