PROSUMUT – Pembangunan di wilayah Sumatera Utara (Sumut) diharapkan perlu mencermati data. Sebab, provinsi yang memiliki 33 kabupaten/kota ini memiliki banyak potensi di berbagai sektor.
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Indonesia, Dr Ateng Hartono (foto) mengatakan, Sumatera Utara merupakan magnet di Pulau Sumatera karena seperempat ekonomi di pulau tersebut disumbang oleh Sumatera Utara. Perekonomian di provinsi inipun masih relatif cukup baik.
Menurut Ateng, Sumatera Utara memiliki kelebihan karena terletak di wilayah yang strategis yaitu di perbatasan Selat Karimata. Selat ini merupakan wilayah perekonomian, salah satu sentral di dunia.
Karena itu, apabila bisa mengoptimalkan ekonomi di Sumatera Utara maka tidak mustahil provinsi ini menjadi satu pintu gerbangnya Indonesia pada wilayah bagian barat.
“Membangun Sumatera Utara perlu mencermati data, salah satunya pendekatan dari sisi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) menurut lapangan usaha.
Kemudian, kita bisa membaginya menjadi tiga kelompok utama,” ungkap Ateng dalam acara Sosialisasi Indikator Strategis untuk Mendukung Pembangunan Nasional yang digelar BPS Sumut di Hotel Arya Duta, Medan, Senin 5 Agustus 2024.
Pertama, sektor atau lapangan usaha yang berbasis di alam (pertanian). Kedua, lapangan usaha yang mengolah dari alam menjadi industri. Ketiga, perdagangan dan jasa.
“Kalau kita cermati yang pertama, pertanian di Sumut memiliki potensi bukan hanya suplai di level regional maupun nasional, tetapi juga pada level internasional. Potensi ini jika dikembangkan, maka menjadi satu kekuatan besar,” sambung Ateng.
Selain pertanian, di Sumut terdapat pula industri kelapa sawit dengan hasil CPO yang melimpah. Sebagian besar ekonomi di Sumut ditopang kelapa sawit dan industri turunannya.
“Kelapa sawit bisa diolah sedemikian rupa. Meski begitu, tetap memiliki idealisme dengan menciptakan produk yang berdaya saing untuk dipasarkan.
Kemudian, di Sumut memiliki potensi sumber daya manusia (SDM) dengan daya juangnya,” papar Ateng.
Dia menyebutkan, untuk mengembangkan Sumatera Utara perlu juga mencermati data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumut.
“IPM-nya (Sumut) berada di atas nasional, dengan angka pengangguran masih berada di atas nasional dan ini salah satu tantangannya.
Namun demikian, jika kita cermati dari angka pengangguran ini, secara statistik kalau data nasional penganggurannya cenderung menurun. Berbeda dengan di Sumut, angka penganggurannya terbilang fluktuatif,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala BPS Sumut, Asim Saputra mengatakan, indikator strategis pembangunan Sumut saat ini menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan.
Salah satunya, tingkat inflasi Sumut menunjukkan pada posisi yang semakin stabil dan mendekati rendah.
Data rilis terakhir BPS Sumut (Juli 2024), inflasi Sumut sebesar 2,06 persen. Inflasi ini di bawah angka nasional 2,13 persen.
“Dalam banyak hal, pertumbuhan ekonomi Sumut bisa dibilang sangat kuat karena terus bertumbuhnya industri pengolahan dan meningkatnya pangsa pasar sektor pertanian.
Meski begitu, berbagai sektor lapangan usaha lainnya tentu terus diupayakan,” ujar Asim dalam kesempatan yang sama.
Ekonomi Sumut Triwulan II-2024 Tumbuh 2,94 Persen
Asim memaparkan, perekonomian Sumut berdasarkan besaran PDRB triwulan II-2024 atas dasar harga berlaku mencapai Rp285,32 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp157,32 triliun.
Ekonomi Sumut triwulan II-2024 terhadap triwulan I-2024 mengalami pertumbuhan sebesar 2,94 persen (q-to-q).
“Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi pada Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 17,64 persen.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) merupakan komponen mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 19,89 persen,” paparnya.
Dia melanjutkan, ekonomi Sumatera Utara Triwulan II-2024 terhadap Triwulan II-2023 mengalami pertumbuhan sebesar 4,95 persen (y-on-y).
Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,75 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 11,24 persen.
“Ekonomi Sumatera Utara Semester I-2024 terhadap Semester I-2023 mengalami pertumbuhan sebesar 4,91 persen (c-to-c).
Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,67 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT (PK-LNPRT) sebesar 12,86 persen,” bebernya.
Asim menyebutkan, distribusi dan laju pertumbuhan ekonomi triwulan II-2024 menurut pengeluaran dilihat dari struktur, pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi komponen dengan share terbesar terhadap PDRB Sumatera Utara yang mencapai 51,11 persen.
Untuk komponen pengeluaran ekspor yang tumbuh 11,24 persen, memberikan share 38,39 persen terhadap PDRB Sumatera Utara pada triwulan II-2024.
“Struktur ekonomi di Pulau Sumatera secara spasial pada triwulan II-2024 didominasi beberapa provinsi, salah satunya Sumatera Utara yang memberikan kontribusi terhadap PDRB di Pulau Sumatera sebesar 23,51 persen,” sebutnya.
Lebih lanjut Asim mengatakan, ada beberapa peristiwa di triwulan II-2024 yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, yakni Karya Kreatif Sumatera Utara (KKSU) 2024 yang melibatkan 460 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Selanjutnya, MTQ ke-39 tingkat Sumatera Utara, Festival Solu Bolon, Festival Jelajah Kuliner Nusantara 2024, Perayaan HUT ke-76 Provsu, Kejuaraan World Surf League (WSL) Nias Pro 2024 QS 5000, Gelar Melayu Serumpun (GMS) di Kota Medan dan Festival Pesona Aek Hula di Nias.
“Pembayaran gaji ke-13 dan ke-14 pada THR bagi ASN juga turut berkontribusi pada percepatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Dengan adanya gaji ke 13 dan 14 itu, terjadi pengeluaran di konsumsi rumah tangga, sehingga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di Sumut,” pungkas Asim. (*)
Editor: M Idris