PROSUMUT – Pascasarjana Universitas Medan Area (UMA) mengisi bulan suci ramadan dengan kegiatan berbagi kegembiraan melalui berbuka puasa bersama dengan anak yatim di Kampus II Jalan Sei Serayu Medan baru-baru ini.
Kebahagian bersama anak yatim itu dirangkai dengan pemberian bingkisan ramadan. Acara tersebut dipandu Wakil Direktur Bidang Kerjasama Pascasarjana UMA, Dr Taufik Siregar SH MHum. Turut hadir Ketua Yayasan dan Pendidikan Agus Salim, Drs M Erwin Siregar MBA, Rektor UMA Prof Dr Dadan Ramdan MEng MSc, Direktur Pascasarjana UMA Prof Dr Ir Hj Retna A Kuswardhani MS, para wakil rektor, dekan, dan dosen di lingkungan UMA.
Direktur Pascasarjana UMA, Prof Retno Astuti Kuswandani mengatakan buka puasa bersama sekaligus memberikan kegembiraan kepada anak yatim piatu merupakan agenda tahunan yang rutin dilaksanakan. “Mudah- mudahan acara ini juga menjadi berkah dan meningkatkan silaturahmi di antara keluarga besar UMA,” ungkap Prof Retno seraya menyebutkan PPs UMA berusaha untuk tetap bermanfaat bagi masyarakat.
Rektor UMA Prof Dr Dadan Ramdan MEng MSc mengapresiasi kegiatan buka puasa bersama sekaligus memberikan bingkisan kepada anak yatim piatu. Kegiatan tersebut katanya sebagai wujud semakin tingginya rasa kekeluargaan, sehingga membangkitkan persatuan dan kesatuan sesama insan akademik di lingkungan UMA.
Sebelum berbuka puasa bersama tersebut, ustad Prof Sukirman tampil sebagai penceramah dengan materi ramadan bulan memperbaiki amal kehidupan umat Islam. Dijelaskannya, pada bulan puasa ramadan, umat Islam diharapkan memperbanyak amal ibadah, karena amal ibadah yang dikerjakan, kita tidak tahu berapa besar jumlah amal yang telah dikerjakan.
Bahkan, Prof Sukirman menegaskan kita juga tidak mengetahui apakah amal ibadah dikerjakan di terima Allah SWT. “Berapa jumlah pahala yg diterima kita tidak tahu. Setiap Senin dan Kamis, amal kita dikirim kepada Allah. Karena itu kita harus patuh pada petunjuk Allah SWT,” katanya.
Dia mengatakan, keuntungan orang yang bertakwa adalah Allah SWT akan memberikan jalan ke luar dari berbagai permasalahan yang dihadapi. “Dalam teologi Islam kita banyak sekali masalah dengan Allah, makanya dihadirkan ibadah puasa Ramadan. Puasa adalah pembinaan mental,” ungkapnya. (*)