PROSUMUT – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai produk kosmetik dan obat tradisional di Indonesia memiliki peluang ekspor yang bagus. Berdasarkan data yang dia paparkan nilai ekspornya mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Dari sisi ekspor, penjualan produk kosmetik mencapai US$ 556,36 juta di tahun 2018 atau lebih besar dibandingkan tahun 2017 yang sebesar US$ 516,88 juta. Negara-negara yang memiliki potensi besar sebagai pasar ekspor adalah Asia tenggara, Afrika dan Timur Tengah.
“Oleh karena itu pasarnya luas dan potensi ekspor ke ASEAN, ke Afrika, Timur Tengah, dan penjualan kosmetik kita mencapai US$ 556 juta dan ini lebih besar dari tahun lalu yang US$ 516 tahun 2017,” katanya ditemui dalam Pameran Industri Kosmetik dan Obat Tradisional di Gedung Kemenperin, Jakarta Selatan, Rabu (3/7).
Untuk obat tradisional juga dinilai Airlangga menjanjikan di pasar domestik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dia paparkan, pada triwulan I-2019, produk obat tradisional dan sejenisnya tumbuh sebesar 8,12% dengan nilai PDB sebesar Rp 21,9 triliun.
“Nah ini industri produk obat-obatan ini tumbuh 8,12% atau Rp 21 triliun, ini pasar yang sangat besar,” ujarnya.
Industri obat tradisional seperti jamu, menurut Airlangga juga bisa didorong di pasar ekspor, tak hanya di dalam negeri saja. Sejauh ini sudah ada beberapa industri jamu sebagai obat tradisional yang merambah ke pasar ekspor.
“Ini kalau jamu, consumer market perlu di-push lagi agar konsumen bisa membeli, tapi kalau lihat ada beberapa yang orientasinya ekspor,” ujarnya.
Menurut Airlangga, industri ini akan terus tumbuh dengan mempertimbangkan sejumlah faktor, mulai dari pertumbuhan penduduk hingga tingginya kebutuhan.
“Indonesia ini industri kosmetik dan wellness ini tidak ada batasannya. Jadi selama jumlah penduduk kita terus bertumbuh, daya beli konsumsi kita 50% dan yang jadi necessity (kebutuhan) bagi kaum wanita itu pasti kosmetik,” pungkasnya.(*)