PROSUMUT – Sudah bertahun-tahun Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Batujomba, Kabupaten Tapanuli Selatan, rusak parah. Padahal, ruas jalan ini merupakan jalur vital penghubung Kota Tarutung dengan Kota Sipirok.
Betapa perut terguncang, lidah seakan keluar saat melintasi sepanjang jalinsum itu, terutama di titik terparah sekira 2 Km. Beberapa titik sudah sangat sulit dilalui kendaraan yang melintas seperti di dua jalur yang parah itu, jurang di sisi jalan dan tebing seakan menanti korban.
Permukaan jalan bebatuan, berlumpur saat musim hujan. Ketika terik mendera permukaannya juga diselimuti debu. Sementara bagi pengendara sepeda motor, wajarnya memakai masker guna menghindari debu jalanan di ruas Batujomba-Aeklatong yang berada di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan tersebut.
Seorang sopir taxi Medan-Padangsidempuan, Anto, mengungkapkan sudah menjadi ‘makanan’ sehari-hari bagi para sopir lintas via Sipirok-Tarutung, akan kondisi jalinsum Batujomba. Kata dia, belum ada penanganan maksimal dari pemerintah untuk memperbaiki jalan itu.
“Apa harus seperti Aeklatong dulu, ada korban baru diperbaiki. Kalau truk dan kendaraan pribadi, sudah sering terguling di Batujomba. Sudah macam pemandangan sehari-hari melihat kendaraan tersebut jatuh dan terperosok,” ungkapnya, belum lama ini.
Memang, selama tiga tahun jadi sopir taksi lintas, ia mengaku belum ada korban tewas di jalinsum Batujomba. Namun, diharapnya pemerintah punya kepedulian dan rasa kemanusiaan akan kondisi tersebut.
“Sering juganya kita lihat diperbaiki jalan Batujomba itu, tapi tetap saja rusak lagi. Informasinya, di bawah jalan itu tanahnya berair sama seperti kondisi Aeklatong. Jadi ketika diaspal tanahnya amblas lagi. Tapi kalau pemerintah ada kemauan, tak ada yang tak bisa dikerjakan. Tengok aja Aeklatong, bisa kan bagus jalannya,” katanya.
Mata Pencaharian
Amatan wartawan, di setiap titik jalan tersebut ada masyarakat sekitar yang berjaga. Mereka membawa kardus berukuran sedang, meminta uang seikhlasnya dari setiap kendaraan yang lewat.
Seperti telah diorganisir dengan rapi, sebagian masyarakat ada yang bertugas menderek kendaraan bermotor yang terperosok dalam lumpur. Alat berat juga standby tersedia di daerah itu.
“Siang hari bapaknya yang tugas, jika malam hari gantian anaknya yang kerja. Jadi uda macam mata pencaharian sama mereka di sana. Gak ke mana kalau mobil pribadi bayar Rp100 ribu jika pakai derek mereka. Kalau truk dan bus, mungkin bisa sampai bayar Rp200 ribu. Mau tak mau kan harus dibayar juga, namanya kita butuh bantuan,” ungkap Anto mengamini.
Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Sumut, Iswahyudi, mengatakan ruas Jalan Tarutung-Sipirok tersebut berstatus jalan nasional. Dengan demikian, ia sarankan akan lebih tepat jika ditanyakan langsung dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) II.
“Lebih baik begitu. Ini ruas jalan nasional, bukan kewenangan provinsi. Setiap tahun ada kami sampaikan masalah ini melalui konreg ke-PU-an. Hanya saja saya tak tau bagaimana tindak lanjutnya tahun ini,” katanya.
Sayang, hingga berita ini dikirimkan ke redaksi, Kepala BBPJN II, Slamat Rasidi, enggan menjawab konfirmasi wartawan ihwal kondisi jalan rusak tersebut. (*)
Reporter : Iqbal Hrp
Editor : Iqbal Hrp
Foto : Istimewa