PROSUMUT – Difteri adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit tersebut bisa dicegah dengan rutin imunisasi.
“Penyakit difteri sebetulnya bisa dicegah dengan imunisasi. Seharusnya, penyakit ini sudah tidak ada lagi,” Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) Anak RSUP HAM, dr Ayodhia Pitaloka Pasaribu, Jumat 6 Desember 2019.
Menurut dia, kalau penyakit ini muncul, maka cakupan imunisasi tidak terlalu baik.
“Kalau satu kasus ada, maka akan ada kasus-kasus penyakit yang lain. Untuk menuntaskannya tidak bisa satu atau dua tahun saja. Sebagai contoh Rusia, negara itu butuh 10 tahun untuk membereskan difteri. Jadi, Indonesia juga membutuhkan waktu yang cukup panjang juga. Makanya, kita akan tetap ada kasusnya apabila imunisasinya cakupan tidak ditingkatkan,” ungkapnya.
Disebutkan Ayodhia, imunisasi bisa diberikan kepada anak dari usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan. Kemudian, diulangi lagi imunisasinya sampai usia sekitar kelas 5 sekolah dasar.
“Kalau hal ini dilakukan dengan baik, maka risiko terinfeksi bakteri tersebut akan sangat minimal,” sebutnya.
Ia menjelaskan, penularan penyakit tersebut lewat udara. Misalnya, melalui bersin atau batuk, bakteri atau kumannya akan berpindah kepada orang yang kontak langsung.
“Makanya, sangat dianjurkan menggunakan masker apabila ada yang sakit,” terangnya.
Ayodhia menambahkan, gejala khas penyakit ini batuk dan pilek biasa. Selanjutnya, demam tetapi tidak tinggi.
“Jika ada yang mengalami gejala tersebut ditambah nyeri menelan, terutama pada usia anak-anak maka sebaiknya langsung ke pusat kesehatan supaya mendapat pemeriksaan. Apabila dokternya mendapat selaput putih dalam mulutnya dan mudah berdarah bila disentuh, maka diagnosa perbandingan difteri harus masuk. Meskipun ada jenis penyakit yang lain pada gejala tersebut,” imbuhnya. (*)