Prosumut
Umum

27 Ribu Babi Mati di Sumut, Bisa Terus Bertambah

PROSUMUT – Sudah 27.070 babi di 16 kabupaten/kota di Sumatera Utara yang mati karena hog cholera babi atau kolera babi dan terindikasi African swine Fever (ASF).

Satu dari 16 kabupaten/kota itu, adalah Medan dengan populasi 7.221 ekor, berdasarkan data laporan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut.

Menurut Kepala Balai Veteriner Medan, Agustia, kematian babi akibat virus tersebut sangat cepat.

“Setiap hari kematian bisa bertambah 1.000 – 2.000 ekor. Angka 27.070 ekor itu, adalah angka yang terlapor pada 11 Desember. Padahal, sehari sebelumnya, masih di angka 25.656 ekor,” ujarnya kepada wartawan baru-baru ini.

BACA JUGA:  Bangga sebagai Warga HKBP, Sekdaprov Sumut Dukung Penuh Penyelenggaraan Festival Koor Ama HKBP Distrik X Medan Aceh tahun 2025

Dikatakannya, kematian babi itu masih berada di 16 kabupaten, yakni Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Tebing Tinggi, Siantar dan Lagkat. Pihaknya berusaha mati-matian agar tidak bertambah.

“16 kabupaten/kota itu memang kantong ternak babi atau populasi babi di Sumut,” katanya.

Agustia menyebutkan, angka kematian itu sudah dilaporkan ke Direktur Kesehatan Hewan dan Dirjen Peternakan setelah dilakukan analisis menyeluruh dari beberapa komponen.

Pertama, hasil uji lab yang mana ternyata terdapat reaksi terhadap Afrikan Swine Fever (ASF).

BACA JUGA:  Apresiasi Penyelenggaraan Festival Koor Ama HKBP Distrik X Medan Aceh tahun 2025, BTN Siap Jalin Sinergitas

Kedua, kajian secara epidemologi, terkait dengan mulai kapan terjadi, berapa yang mati dan sakit. Ketiga, terkait pola dan kecamatan penyebarannya.

Diutarakan dia, untuk men-declare apakah kematian babi di Sumut diakibatkan ASF, ‘bola’ keputusannya ada di Jakarta.

Declare atas penyebab kematian babi di Sumut dampaknya besar dan tidak bisa dilakukan secara serta merta dikeluarkan.

Declare itu, kata dia, apakah dilakukan secara nasional, provinsi atau kabupaten/kota, kata dia, sama-sama punya dampak.

“Sumut itu punya 33 kabupaten/kota. Kematian babi ini terjadi hanya di 16 kabupaten. Kita fokus menjaga 16 ini jangan sampai bertambah,” katanya.

Ketika ditanya apakah jumlah kematian akan terus bertambah, Agus tidak menampiknya. “Berdasarkan ilmunya, ini akan habis semua.

BACA JUGA:  Bangga sebagai Warga HKBP, Sekdaprov Sumut Dukung Penuh Penyelenggaraan Festival Koor Ama HKBP Distrik X Medan Aceh tahun 2025

Karena pemain di case ini hog cholera ada, penyakit bakterial ada ASF juga terindikasi,” ungkapnya.

Agustia menambahkan, kematian babi ini pernah terjadi pada tahun 1993 – 1995 yang disebabkan oleh virus hog cholera. Saat itu, populasi babi di Sumut habis.

Salah satu orang tua di Dairi, kata dia, menyampaikan saat itu untuk pesta adat masyarakat menggunakan babi hutan.

“Artinya masyarakat itu menerima sebagai musibah. Yang kita harapkan sekarang ini, yang mati jangan dibuang sembarangan,” pungkasnya. (*)

Konten Terkait

Nekat Mudik, 42 Kendaraan Diputar Balik di Perbatasan Sumut

admin2@prosumut

Siap-siap Pasrah Nonton PSMS di Liga 2

Val Vasco Venedict

Anggota DPRD Sergai Sumbang Gaji untuk Paket Bantuan

admin2@prosumut

Jelang Copa America 2019, Ini Ungkapan Pesimis Messi kepada Timnas Argentina

Ridwan Syamsuri

PLN Diminta Stabilkan Pasokan Listrik di Langkat Jelang Idul Fitri

Editor prosumut.com

5 Anggota DPRD Sumut Sidang Perdana

Val Vasco Venedict
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara