Prosumut
Ekonomi

Terbukti Curang, LPS Bekukan 97 BPR Sejak 2015

PROSUMUT – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan bahwa fraud atau kecurangan menjadi penyebab utama kebanyakan bank di Indonesia berguguran. Bukan karena ditinggal para nasabahnya seperti yang dominan terjadi di luar negeri.

Menurut Suwandi, Kepala Kantor Manajemen Strategis dan Perumusan Kebijakan LPS, kecurangan tersebut dilakukan oleh banyak pihak, mulai dari nasabah hingga direksi bank itu sendiri.

“Hampir semua bank di Indonesia karakteristik kegagalannya berbeda dengan luar negeri. Di sana (bank) ditinggal nasabah, mungkin karena pelayanan dan produknya,” jelas dia di acara “LPS Media Workshop” di Hotel Horizon, Kuningan, Sabtu 27 Juli 2019.

BACA JUGA:  Pasca Longsor di Karo, Pertamina Sumbagut Lakukan Recovery Jalur Penyaluran LPG 3 Kg

Lebih detail, ia membeberkan, kecurangan umumnya terjadi pada penyusunan laporan keuangan. Secara struktur keuangan, bank yang sebenarnya sakit tersebut terlihat baik-baik saja, bahkan ada yang membukukan kenaikan pertumbuhan.

“Kalau kita lihat struktur keuangannya, ada yang datar atau bahkan naik, setelah diperiksa lebih dalam, laporan keuangannya tidak kredibel, misal banyak kredit macet, tapi ditulis lancar,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Pasca Longsor di Karo, Pertamina Sumbagut Lakukan Recovery Jalur Penyaluran LPG 3 Kg

Akibatnya, lanjut Suwandi, capital adequacy ratio (CAR) bank tersebut langsung anjlok, hingga akhirnya tidak dapat mengembangkan pertumbuhan bisnisnya, lalu terpaksa ditutup.

Dia menjelaskan lagi, “Selama enggak ada suntikan baru, lama-lama (bank) tewas. Itu pola yang kerap terjadi di Indonesia.”

Asal tahu saja, sejak berdiri pada 2015 hingga saat ini, LPS telah menangani 98 bank. 97 di antaranya adalah bank perkreditan rakyat (BPR) yang pada akhirnya ditutup.

BACA JUGA:  Pasca Longsor di Karo, Pertamina Sumbagut Lakukan Recovery Jalur Penyaluran LPG 3 Kg

Suwandi pun mengungkapkan bahwa fraud yang terjadi pada BPR banyak berimbas dari kelemahan penerapan good corporate governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik.

“Kenapa ada fraud? Orang itu serakah, ada peluang, kebutuhan, eksposur semakin cepat, semakin (sering) orang lakukan fraud. Empat hal ini yang menurut saya jadi fokus pembenahan, khususnya (pada) BPR,” pungkasnya. (*)

Konten Terkait

BI Sebut Pertumbuhan Kredit pada Agustus 2024 Tetap Kuat

Editor prosumut.com

Investasi Triwulan III Meningkat Tajam

Editor Prosumut.com

Ramaikan Pasar Fintech, BUMN Bikin “LinkAja”

Val Vasco Venedict

Tokocrypto Raih Pendanaan Binance

admin2@prosumut

Public Expose Live 2022, WIKA Fokus Tuntaskan Proyek G20

Editor prosumut.com

Telkomsel & PNM Akselerasikan Digitalisasi Pelaku Usaha Ultra Mikro

Editor prosumut.com
PROSUMUT
Inspirasi Sumatera Utara