PROSUMUT – Kementerian Agama (Kemenag) RI melalui Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah, menerapkan sistem zonasi untuk mengatur ratusan ribu jemaah calon haji asal Indonesia.
Dengan penerapan zonasi ini akan lebih mempermudah bagi jemaah haji Indonesia. Misalnya dalam hal bahasa, budaya dan adat istiadat.
“Karena dapat dikumpulkan dalam satu tempat,” ujar Ketua TPHD Sergai Ir H Soekirman melalui pesan whatsapp dari Tanah Suci kepada Kepala Dinas (Kadis) Kominfo Drs Akmal MSi, Selasa (30/7) malam.
Sistem zonasi juga memudahkan petugas haji menyediakan makanan khas daerah dengan konsep rasa nusantara.
“Seperti contoh, penginapan (pondokan) dengan sistem zonasi membuat rasa Indonesia sangat kental. Sehingga persaudaraan haji sangat mudah untuk terjalin,” kata Akmal kepada wartawan.
Begitu juga yang dirasakan oleh para calon Haji Kloter 7 asal Sergai, Tebingtinggi, Binjai dan Nias. Meskipun jauh dari Masjidil Haram, namun tidak ada masalah.
“Karena tersedianya shuttle bus shalawat yang melayani sampai 24 jam,” kata Akmal.
Menurut Soekirman, dari Mekkah al Mukaromah, bagi yang sudah pernah berhaji, dapat membandingkan dengan sistem penerapan zonasi saat ini.
“Tentu lebih mudah dan nyaman dengan sistem zonasi, seolah kita berada di Indonesia, atau daerah sendiri,” tutur Akmal.
Ditambah lagi, dengan toko yang menyediakan bahan pokok dan berbagai kebutuhan termasuk oleh-oleh.
“Semua toko yang ada disini diberi merk Toko Indonesia bahkan ada yang mengibarkan bendera merah putih juga,” bilang Akmal.
Dikatakan Soekirman, para jama’ah Haji asal Sergai yang tergabung di kloter 7 berlokasi di Syisyah.
“Tepatnya di Hotel Rehab Al Mahabbah Maktab 117 gedung 15 lantai yang dihuni para jamaah haji asal Sergai,” sebutnya.
Dihotel tersebut, selain kloter 7 ada juga kloter Medan dan Simalungun yang bersebelahan dengan Hotel di Maktap 116.
“Kemudian di depan Maktab 115, ada kloter Padangsidempuan, Tapanuli Tengah, dan Sibolga,” sebut Akmal.
Selanjutnya, di belakang Maktab 111 dari Provinsi Sumatera Barat (Padang).
“Intinya sekitar pemondokan, zonasi Sumut berdekatan. Sehingga suasananya seperti dikampung sendiri,” kata Akmal.
Uniknya, semua pemondokan selalu dilengkapi dengan Toko Indonesia yang menjual barang-barang kebutuhan seperti layaknya di Tanah Air.(*)