PROSUMUT – Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumatera Utara mencatat total transaksi saham tembus Rp218 triliun lebih selama tahun 2021.
Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumatera Utara, Muhammad Pintor Nasution mengatakan, total transaksi saham selama 2021 sangat menggembirakan karena menembus Rp218 triliun. Jumlah transaksi ini merupakan tertinggi selama 10 tahun terakhir.
“Selama 10 tahun saya bekerja di Kantor Bursa Efek Indonesia Perwakilan Sumatera Utara, baru kali ini (tahun 2021) total transaksi kita tembus Rp218 triliun lebih,” kata Pintor saat temu ramah dengan para jurnalis di Medan, Rabu 18 Mei 2022.
Menurutnya, pencapaian positif ini tentunya tak lepas dari peran media. “Media sangat membantu kami dalam mengedukasi tentang investasi di pasar modal. Banyak media yang menginformasikan bagaimana agar mendapat uang tambahan dari investasi saham. Terlebih, investasi dapat dilakukan secara online,” ungkap Pintor.
Ia melanjutkan, media juga sangat membantu dalam hal edukasi pasar modal yang menjangkau ke daerah-daerah.
“Banyak masyarakat Sumut di daerah yang ingin mengetahui lebih jauh tentang pasar modal. Hal ini terbukti dengan banyaknya yang ingin ikut Sekolah Pasar Modal secara online, salah satunya dari Kabupaten Humbahas,” sambungnya.
Pintor menuturkan, selama tahun 2021, pihaknya juga mengalami transaksi saham yang paling besar yaitu tembus Rp40 triliun pada Januari.
“Tembusnya transaksi hingga Rp40 triliun karena investor melakukan window dressing (strategi mempercantik portofolio investasi yang dilakukan perusahaan maupun manajer investasi, sebelum dipresentasikan kepada pemegang saham atau klien),” tuturnya.
Namun, pada bulan Februari dan berikutnya, jumlah transaksi saham mulai koreksi menjadi Rp24 trilun, Rp19 triilun hingga Rp18 triliun. Rata-rata transaksi perbulan sekitar Rp18 triliun hingga Rp19 triliun.
“Pada tahun 2022 (Januari-April), transaksi perbulan juga kembali mengalami koreksi dengan rata-rata Rp13 triliun perbulan,” ujar Pintor.
Koreksinya transaksi saham, Pintor menilai karena ada beberapa faktor. Antara lain, terjadi invasi Rusia – Ukraina.
“Tidak hanya bursa saham Indonesia, bursa saham di dunia juga terdampak,” ucapnya.
Kemudian, peningkatan suku bunga. Selain itu, terkait saham-saham besar yang digembor-gemborkan bisa menambah investor baru.
“Memang bertambah investor baru, tetapi setelah itu sahamnya terjun bebas. Hal ini tentunya mempengaruhi para investor terutama kaum milenial karena uangnya sudah tertahan, sehingga tidak bisa transaksi lagi. Sebab, para investor milenial rata-rata tidak memiliki modal yang besar,” tambah Pintor.
Lebih jauh dia mengatakan, dari segi penambahan investor, tahun 2021 juga mengalami penambahan yang tertinggi yaitu 80.702 investor baru. Padahal, target yang dibebankan 51.054 investor baru.
“Ini pencapaian yang menggembirakan juga karena melampaui target yang diberikan oleh pusat,” cetusnya.
Dia menyebutkan, hingga Desember 2021, jumlah SID (Single Investor Identification) atau investor saham di Sumut sebanyak 165.969 investor.
Jumlah SID tersebut kembali bertambah pada tahun 2022, tercatat sampai April menjadi 181.343 investor. Artinya, selama Januari-April 2022 terdapat penambahan SID 15.374 investor baru.
“Tahun 2021 memang kita tidak ada penambahan emiten dari Sumut. Namun, tahun 2022 alhamdulillah ada penambahan 2 emiten yaitu PT Sumber Tani Agung Resources dan RS Murni Teguh,” tandasnya. (*)
Editor : Iqbal Hrp
Foto :