PROSUMUT – Rasa haru menyeruak di raut muka Edy Rahmayadi ketika ia menginjakkan kakinya di halaman pesantren Darussalam Parmeraan Padang Lawas Utara (Paluta), Selasa (8/1) kemarin.
Ia tak pernah menyangka, ada pesantren yang berdiri di tengah hutan di dataran Sumut ini.
“Saya baru kali ini mengetahui kalau ada pesantren di tengah hutan, saya terharu dan bangga begitu sampai di sini. Meski jalan yang ditempuh cukup jauh dengan kondisi jalan yang memprihatinkan. Tetapi sampai di sini, saya merasa mencium harumnya surga, karena di sini tempatnya para calon penghuni surga,” ujar pria yang menjabat Gubernur Sumut ini.
Lokasi yang jauh dari keramaian, membuat Edy salut pada para santri yang telah memilih untuk belajar agama di Pesantren Darussalam Parmeraan. Ia yakin para santri lebih khusuk dalam menimba ilmu, khususnya tahfiz Quran.
“Mereka di sini sangatlah baik dalam belajar karena tidak terkontaminasi dari dunia luar, juga mampu belajar dengan khusuk dan tekun,” ujar Edy lagi.
Di tengah haru dan bangganya, Edy sempat bercanda. Meski dia seorang Gubernur, dirinya tidak sanggup menjadi imam karena pemahaman dan lafaz bacaan AlQuran tidak sefasih para santri.
“Saya akui tak mungkin sanggup menjadi imam sholat, meski saya seorang Gubernur, karena lafaz Quran saya tidak fasih seperti mereka,” kata Edy setelah menguji hafalan ayat AlQuran para santi.
Edy berjanji akan membantu pembangunan sarana dan prasarana pesantren, juga akan berkoordinasi dengan Bupati Paluta untuk membenahi infrastruktur jalan di sekitar pesantren tersebut.
Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Parmeraan H Efendi Ritonga berterimakasih atas kunjungan Edy ke pesantrennya.
Efendi mengatakan, sebelum Gubsu datang, dirinya sempat membuka AlQuran dan ayat yang pertama didapatnya adalah surah Al A’raf ayat 94 yang artinya “Kami tidak mengutus seorang nabi pun kepada suatu negeri, melainkan kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dan merendah diri”.
“Di ayat tersebut kita bisa ambil kesimpulan bahwa pimpinan yang diberikan Allah SWT untuk memimpin Sumut adalah manusia yang tunduk dan rendah diri kepada Allah, juga pada masyarakatnya,” ujarnya.
Efendi mengutarakan, pesantren tersebut sudah dibangunnya sejak tahun 1994. Meski dulunya para santri harus menempuh jalan kaki ke asrama dengan jarak puluhan kilometer, tidak menjadi halangan.
Karena itu, dengan adanya rencana Pemprov Sumut dan Pemkab Paluta membangun jalan disambut baik, agar akses menjadi lebih mudah dan cepat sampai.
“Saat ini, jumlah santri dan santriwati sebanyak 1200 orang, yang berasal tak hanya dari Sumut, tetapi ada juga luar, seperti Riau bahkan Jakarta,” ungkapnya.
Bupati Paluta Andar Amin Harahap yang mendampingi Edy, bersedia melakukan koordinasi dengan Pemprov Sumut untuk membangun infrastruktur jalan menuju lokasi pesantren dan sejumlah desa yang dilewati. (And-Editor)