Oleh: Batara L. Tobing (Kolumnis Prosumut.com)
PROSUMUT – Demokrasi selalu mencari jalan keluarnya sendiri di saat situasi mampet dan terjebak di jalan buntu.
Mungkin begitu kira kira ungkapan untuk menggambarkan situasi politik di tengah kekacauan dan tragedi kemanusiaan yang menimpa negara Nepal.
Situasi buruk akibat demonstrasi rakyat Nepal yang dimotori oleh kaum muda Generasi Z (Gen Z) sebagai ekses ketidakpuasan rakyat terhadap rezim yang sedang berkuasa dan berujung korban nyawa serta harta yang tidak sedikit.
Walaupun demonstrasi berkepanjangan rakyat Nepal berdampak memilukan sebagai tragedi kemanusiaan, namun dibalik kisah tragis itu pula berdampak positif reformasi pemerintahan dan berdemokrasi kreatif bagi kalangan generasi muda di Nepal.
Bayangkan, bagaimana pada akhirnya suksesi kepemimpinan nasional Nepal yang berhasil memilih Perdana Menteri transisi Sushila Karki yang dikenal sebagai sosok independen dan bercitra bersih berlangsung dengan mulus dan baik melalui demokrasi ala Gen Z.
Sushila Karki terpilih untuk menggantikan Perdana Menteri Sharma Oli yang melarikan diri setelah rumahnya habis dibakar massa melalui pemilihan sosok pemimpin sementara Nepal yang akan mempersiapkan pemilihan umum di bulan Maret 2026 ini diprakarsai oleh Gen Z.
Pemilihannya sendiri menggunakan media sosial platform Discord yang di Indonesia dikenal sebagai platform yang biasanya dipakai sebagai platform gamer, dimana ribuan pengguna medsos itu berpartisipasi menentukan pemimpin transisi melalui voting secara elektronik.
Tidak ada rotan, akar pun jadilah, dengan menggunakan platform Discord yang sudah dikenal secara luas itu, proses pemilihan tidak bertele tele.
Metode pemilihan tersebut berbiaya relatif murah dan menggambarkan keinginan rakyat yang lebih realistis terhadap sosok pemimpin yang lebih bersih, mencerminkan upaya positif rakyat Nepal Gen Z dalam berdemokrasi yang kreatif dan partisipatif melalui media sosial.
Gen Z adalah sebuah generasi terlahir diabad ke-21 sebagai generasi milenial yang bertumbuh sebagai ‘digital natives’, tumbuh dan besar bersama internet dan teknologi digital.
Generasi ini, lekat dengan kemampuan multi tasking, kreatif, toleransi tinggi dalam beraktivitas terhadap isu isu sosial melalui media sosial digital.
Kreativitas mereka bukan semata soal penggunaan teknologi, melainkan juga terhadap isu isu sosial yang berkembang di dunia maya, kemudian merambah ke dunia nyata dengan cara praktis dan berdampak lebih luas.
Begitulah generasi muda Gen Z berkiprah dan berdemokrasi, jauh dari praktik bertele tele dan birokrasi berbelit belit yang selama ini kerap kali menjadi ciri generasi sebelumnya.
Dapatkah etos positif Gen Z ini berdampak positif pula bagi cara berdemokrasi di Indonesia? Tentu saja sangat memungkinkan.
Bayangkan bagaimana aktivitas media sosial digital belakangan ini yang berkembang pesat sebagai media yang digunakan untuk mendiskusikan berbagai hal di kalangan masyarakat, menjadikan berbagai isu sosial dan politik secara mudah dapat diakses dan menjadi platform bagi masyarakat untuk lebih aktif dalam berpendapat dan berdemokrasi.
Perkembangan teknologi media sosial bagaikan pedang bermata dua, dapat membawa dampak positif. Namun tidak tertutup kemungkinan digunakan sebagai platform dalam aktivitas negatif.
Penggunaan teknologi digital untuk tujuan judi online misalnya, walaupun pemerintah mengawasi aktivitas media sosial bahkan melalui organ pemerintah setingkat kementerian, namun judi online tetap eksis beserta dampak negatifnya. Disini pula diharapkan peran Gen Z untuk melawan ekses platform untuk tujuan negatif.
Bagaimana pula penggunaan perkembangan teknologi digital untuk keperluan pemilihan umum di Indonesia di Pemilu mendatang? Apakah proses berdemokrasi pemilihan umum di Pemilu mendatang sudah siap dengan penggunaan platform voting secara elektronik?
Mungkin fakta kesenjangan penggunaan teknologi digital di beberapa wilayah di Indonesia yang cukup ekstrim antara satu wilayah dengan wilayah lainnya menjadi kendala utama penggunaan e-voting untuk seluruh wilayah pemilu di Indonesia.
Namun, penggunaan voting melalui elektronik dapat dilaksanakan secara bertahap pada wilayah wilayah tertentu. Tentu saja penggunaan platform pemilu dengan memperhatikan keamanan dan independensinya.
Bila Gen Z Nepal berhasil menggunakan platform digital untuk perkembangan positif berdemokrasi di negara mereka, rasanya Gen Z Indonesia tidak kalah kreatif dan partisipatif untuk perkembangan demokrasi Indonesia. (*)