PROSUMUT – Universitas Sumatera Utara (USU) bersama Bakrie Center Foundation (BCF) berkolaborasi melakukan skrining kesehatan dan TBC bagi mahasiswa baru, yang digelar di Gedung Pancasila USU, Rabu 16 Agustus 2023.
Skrining ini bertujuan mencegah penyebaran penyakit TBC pada kalangan usia produktif.
Kegiatan ini juga melibatkan Kadin Indonesia, Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Indonesia Muda untuk Tuberkulosis, Yayasan Mentari Meraki Asa, Kementerian Kesehatan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dalam implementasi Program Kolaborasi Multistakeholder & Multiyears dalam Percepatan Eliminasi TBC Sebelum Tahun 2030.
Rektor USU Prof Dr Muryanto Amin SSos MSi mengatakan, hasil screening TBC ini akan ada tindak lanjut dari pihak universitas jika menemukan mahasiswa yang terindikasi positif TBC.
“Ini penting untuk menunjukkan ketahanan kesehatan mahasiswa. Kalau dia tidak sehat, bagaimana dia mau belajar nanti?
Kalau ada penyakit lain langsung juga akan dilakukan rawat jalan. Nah, kalau untuk TBC ini kan pasti lebih lagi penanganannya,” kata Muryanto pada wartawan.
Skrining TBC ini juga baru pertama kali digelar di USU sejak dua hari yang lalu.
Di hari terakhir ini, melibatkan 120 orang peserta dimana sebelumnya sudah ada sekitar 2 ribuan mahasiswa yang melakukan skrining TBC menggunakan mobile X-Ray dengan teknologi AI.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan menuturkan, untuk kasus TBC di Sumut menduduki nomor 4 di Indonesia.
Sedangkan untuk Indonesia, tercatat menduduki nomor 2 untuk kasus TBC tertinggi di dunia.
Karena itu, Alwi mendukung dengan adanya skrining TBC dikalangan mahasiswa.
Dia berharap tidak hanya di Universitas Sumatera Utara (USU) saja yang menggelar skrining TBC ini, namun seluruh perguruan tinggi di Sumut juga bisa melakukan hal yang sama.
“Sebelumnya saya ucapkan terima kasih pada BCF yang telah peduli dengan persoalan TBC. Sebab dengan adanya skrining ini bisa menemukan kasus TBC secara cepat,” ungkapnya.
Pada kasus TBC sendiri, untuk angka kematian terjadi pada 11 orang per jam. Artinya dalam waktu 5 menit ada 1 orang meninggal dunia karena TBC.
“Seperti itu kondisi kita di Indonesia ini. Maka, pencegahan akan penyebaran TBC ini harus semua orang peduli. Karena kalau tidak kasus akan berjalan terus,” sambung Alwi.
Di Sumut sendiri, sebut Alwi untuk penemuan kasus cukup lambat. Tercatat, untuk penemuan kasus di Sumut ditargetkan 91 persen. Namun saat ini penemuan kasus masih 28 persen atau 27.311 penemuan kasus TBC.
“Makanya, kita harus bersama-sama dalam merubah ini. Kita berharap agar tidak menunggu di 2023 kita eliminasi TBC namun di 2028 kita di Sumut bisa berhasil eliminasi TBC,” ucapnya.
Mewakili Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Maika Nurhayati menyampaikan, pendekatan terintegrasi yang diterapkan oleh USU bersama BCF dalam skrining TBC bagi mahasiswa baru adalah yang pertama kalinya di Indonesia.
“Kami sangat mendukung kegiatan screening cepat yang dilakukan di universitas ini. Sebagai pionir pertama dalam pendekatan terintegrasi, USU menunjukkan komitmen yang kuat terhadap kesejahteraan mahasiswa dan masyarakat umum,” ujarnya.
Kadin Indonesia, sebagai bagian dari wadah kemitraan di bawah Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), berperan aktif dalam mendukung program-program yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
“Dengan adanya metode skrining cepat, diharapkan kita dapat mengidentifikasi kasus TBC lebih cepat dan lebih efisien.
Kami percaya bahwa penerapan teknologi AI akan membantu mempercepat proses identifikasi dan penanganan kasus TBC,” ujar Maika. (*)
Reporter: Nastasia
Editor: M Idris