PROSUMUT – Demo massa “Rompi Kuning” di berbagai wilayah di Perancis pada Sabtu pagi hingga malam kembali rusuh. Sekitar 1.400 demonstran ditangkap dan sekitar 126 orang lainnya terluka.
Polisi yang terlibat bentrok dengan massa demonstran menembakkan gas air mata. Lebih dari 974 orang ditempatkan di tahanan polisi.
Menteri Dalam Negeri Perancis Christophe Castaner mengatakan lebih dari 125.000 orang bergabung dalam protes di seluruh wilayah Perancis. Menurutnya, di Paris sendiri jumlah demonstran mencapai sekitar 10.000 orang.
Castaner mengklaim protes di Paris sudah di bawah kontrol. Namun, dia mengatakan; “Itu sama sekali tidak dapat diterima.”
Sejumlah rumah sakit di Paris melaporkan ada sekitar 126 pasien luka-luka terkait dengan demo. Menurut pihak Hopitaux de Paris, hampir 40 persen dari jumlah yang terluka telah meninggalkan layanan darurat pada Sabtu malam.
Castaner mengatakan di antara orang-orang yang diasuransikan adalah 17 petugas keamanan. Dia memperingatkan jumlah orang yang ditangkap bisa meningkat karena bentrokan berlanjut di Paris dan wilayah lain di Perancis.
Pihak berwenang Perancis mengerahkan 89.000 petugas polisi dan personel keamanan. Pasukan menggunakan meriam air bertekanan tinggi, gas air mata dan kendaraan lapis baja.
Bentrokan pertama terjadi pada Sabtu (8/12/2018) pagi, di mana tembakan gas air mata menargetkan jalan Champs Elysees, Paris, tempat sebagian besar massa “Rompi Kuning” terkonsentrasi.
Sedangkan demonstran radikal membakar mobil, menghancurkan perlengkapan perkotaan dan jendela toko di sekitar Marceau Avenue dan di sekitar taman terdekat.
Banyak toko menutup jendela dan pintu menjelang demo besar setelah sejumlah monumen dan museum di Paris seperti Menara Eiffel dan Museum Louvre ditutup.
Mengutip AFP, Minggu (9/12/2018), di Toulouse, konflik meletus antara demonstran dan polisi, di mana ribuan demonstran berpartisipasi dalam tiga pawai yang bergabung dalam satu prosesi. Polisi mencoba memaksa para demonstran keluar dari pusat kota.
Polisi mengatakan kerusuhan juga terjadi di Bordeaux, Marseille, Lyon dan di Nantes. Khusus di Nantes, sekitar 2.000 demonstran berbaris menghadapi polisi yang menggunakan gas air mata.
Di Marseille, polisi mengonfirmasi 42 demonstran ditangkap karena sekitar 2.000 massa “Rompi Kuning” berbaris melalui kota untuk bergabung dengan demonstrasi perubahan iklim.
Demo massa “Rompi Kuning” ini dimulai pada bulan November untuk memprotes kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), hasil dari kebijakan pemerintah Presiden Emmanuel Macron.
Pihak berwenang mengklaim demonstrasi telah dibajak oleh orang-orang kasar yang merusak berbagai hal di kota. Seorang pejabat Elysee mengatakan intelijen menunjukkan bahwa beberapa pemrotes datang ke ibu kota untuk merusak dan membunuh.
Publik Perancis sedang menunggu reaksi Presiden Macron yang sampai saat ini belum bersikap. Massa mendesak pesiden muda itu untuk mengundurkan diri.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengomentari demo rusuh massa “Rompi Kuning” di Prancis. Trump mengatakan mungkin sudah waktunya untuk menghapus kesepakatan Paris tentang perubahan iklim.
“Hari yang sangat menyedihkan malam di Paris,” tulis Trump di Twitter.
“Mungkinkah sudah waktunya untuk mengakhiri Perjanjian Paris yang konyol dan sangat mahal serta mengembalikan lagi uang kepada orang-orang dalam bentuk pajak yang lebih rendah?.” (edo)