PROSUMUT – Mendorong pengembangan pariwisata di kawasan Danau Toba bisa dilakukan salah satunya dengan wisata edukasi.
Karena, wisata edukasi ini menjadi daya tarik terhadap wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk datang ke Danau Toba.
Founder dan CEO wisatasekolah.com, Irwan Tamrin mengatakan, Danau Toba sudah memiliki ‘nama’ bagi wisatawan domestik dan mancanegara.
Namun, jika tidak ada wisata edukasi maka bisa menjadi boomerang. Untuk itu, perlu disiapkan paket-paket wisata edukasi yang menarik.
“Dalam waktu dekat ini Danau Toba akan menjadi UNESCO Global Geopark. Salah satu elemen dari Geopark ini adalah wisata edukasi, artinya bagaimana caranya mengedukasi tentang Danau Toba ini sebagai geopark nantinya kepada dunia. Akan tetapi, bagaimana mungkin mengenalkan geopark tersebut kepada banyak orang namun di satu sisi program wisata edukasinya belum dikelola secara maksimal,” ungkap Irwan Tamrin diwawancarai di sela-sela Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Pengembangan Paket Wisata Edukasi di Danau Toba’ yang digelar di Hotel Grand Aston Medan, Sabtu 15 Februari 2020.
Hadir dalam FGD tersebut, Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (Dirut BPODT) Arie Prasetyo, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) diwakili Kepala Bidang Ekowisata Gunawan Wimbawa dan para pelaku wisata.
Meski demikian, kata Irwan, terdapat tantangan yang dihadapi karena Danau Toba berada di 8 kabupaten yaitu Toba Samosir (Tobasa), Tapanuli Utara (Taput), Humbang Hasundutan (Humbahas), Samosir, Dairi, Tanah Karo, Pakpak Bharat dan Simalungun.
Artinya, pemerintah daerah di 8 kabupaten ini harus memiliki visi yang sama untuk mengangkat Danau Toba. Tidak bisa hanya didukung oleh 2 atau 3 kabupaten saja.
“Masing-masing dari 8 kabupaten memiliki keunikan yang berbeda, sehingga wisata edukasinya bisa dijadikan andalan untuk memajukan danau super vulkanik terbesar di dunia ini,” papar Irwan.
Menurut Irwan, banyak paket wisata edukasi yang dijual oleh agen travel atau pelaku wisata. Akan tetapi, wisata edukasi yang ditawarkan masih terbilang sederhana.
Sebagai contoh, pengenalan menanam padi, peternakan ayam atau sapi, dan lainnya. Namun, kaitannya dengan geopark bagaimana?
Oleh sebab itu, harus dibuat paket wisata edukasi yang komprehensif atau lebih menyeluruh. Misalnya, untuk tingkat taman kanak-kanak apa? Lalu, untuk tingkat sekolah dasar beda lagi.
Begitu juga tingkat sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas hingga perguruan tinggi.
Dengan demikian, apabila ada wisatawan dari level manapun ingin ke Danau Toba maka ada banyak pilihan yang disesuaikan.
“Pariwisata Danau Toba memiliki branding yang tidak dimiliki negara-negara di dunia. Sebab, satu-satunya lokasi wisata dari hasil gunung merapi yang meletus begitu dahsyat. Karenanya, ketika ada mahasiswa atau peneliti-peneliti yang ingin melakukan penelitian gunung meletus yang dahsyat maka di tempat lain tidak bisa dan hanya ada di Danau Toba,” terangnya.
Irwan menyebutkan, produk paket wisata edukasi di Danau Toba tidak bisa hanya dibuat 2 atau 3 hari saja, paling tidak 5 hari untuk wisatawan domestik.
“Lain lagi bagi wisatawan mancanegara, minimal harus lebih dari 10 hari karena dengan begitu bisa didatangi wisata edukasi di 8 kabupaten yang mengelilingi Danau Toba. Apalagi, waktu paket edukasinya sampai 20 hari. Kalau kita lihat study tour di negara-negara Eropa, ada yang waktunya sampai 20 hari,” ujarnya.
Maka dari itu, sambung Irwan, dibutuhkan kekompakan 8 kabupaten yang mengelilingi Danau Toba sehingga memiliki alternatif atau pilihan wisata edukasi. Artinya, wisata edukasi yang dimiliki setiap kabupaten harus berbeda.
“Boleh saja sama, namun bukan menjadi produk wisata unggulan. Misalnya, di Kabupaten Humbahas yang unggulan adalah budaya. Maka, di 7 kabupaten lain tentu tidak boleh budaya lagi yang menjadi unggulan,” jelasnya.
Untuk itulah, Irwan menambahkan, momen Danau Toba yang akan menjadi geopark dapat ditangkap dengan bijak peluang atau potensi-potensi yang dimiliki. Ketika nantinya diresmikan menjadi UNESCO Global Geopark, maka mata dunia akan tertuju kepada Danau Toba.
“Wah ternyata ada Danau Toba, ayo kita ke sana. Tapi, ternyata tidak memiliki program wisata edukasi yang komprehensif. Itu sebab harus berbenah yang didukung juga dengan pemerintah daerah di 8 kabupaten,” imbuhnya.
Sementara, Kepala Bidang Ekowisata Kemenpar Gunawan Wimbawa mengatakan, mengembangkan wisata edukasi di Danau Toba memiliki potensi yang sangat besar karena targetnya berbagai level pendidikan. Mulai dari tingkat dasar, menengah hingga perguruan tinggi.
Namun demikian, dalam mengembangkannya tidaklah mudah harus berbagai lintas sektoral. Artinya, tidak hanya Kementerian Pariwisata saja tetapi juga kementerian terkait lainnya, lembaga hingga masyarakat.
“Pengembangan wisata edukasi targetnya tidak usah muluk-muluk, yaitu kalangan wisatawan nusantara dulu jangan mancanegara. Setelah berhasil konsisten mendatangkan wisatawan dalam negeri, barulah yang luar negeri. Sebab kalau wisatawan domestik saja belum maksimal didatangkan, bagaimana pula dengan mancanegara,” tukasnya. (*)