PROSUMUT – Delapan anggota Ormas di Kota Tebing Tinggi, Sumut, diamankan polisi, Rabu 27 Februari 2019.
Petugas menyatakan mereka diamankan saat membuat keributan dan memprovokasi warga di acara tablig akbar yang digelar Nahdlatul Ulama (NU) di Lapangan Sri Mersing, Tebing Tinggi.
“Semula ada 9 orang yang diamankan, namun 1 orang masyarakat yang tidak tahu apa-apa dipulangkan,” kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja.
Kedelapan orang yang diamankan yakni SAS, MFS, MHH, A, AD, AS, S dan OQ. Saat kedelapannya diamankan, di lapangan itu tengah digelar sejumlah acara yang digelar NU, di antaranya pelantikan pengurus IPNU Tebing Tinggi, serta tausiyah kebangsaan dan tablig akbar memperingati hari lahir ke-93 NU.
Acara dihadirii Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto dan tokoh NU, Gus Muwafiq.
Tatan menjelaskan, ke-8 orang itu membuat keributan di pengujung kegiatan. Mereka mengajak ibu-ibu untuk berunjuk rasa membubarkan acara itu.
“Pada saat acara mau ditutup, disampaikan ucapan terima kasih dari Gus Muwafiq karena beliau mau ke bandara. Datanglah pemuda-pemuda itu. Mereka berteriak bubar, bubar,” jelas Tatan.
Dia membenarkan orang yang membuat keributan itu mengenakan kaus bertuliskan hastag #2019GantiPresiden.
“Ada yang pakai baju itu, awalnya ditutupi. Kemudian ceramah seperti itu mereka mengacungkan 2 jari. Itu kegiatan agama, apa hubungannya,” ucap Tatan.
Petugas pengamanan sempat berupaya mengingatkan dan meminta kedelapan orang itu untuk tidak membuat kegaduhan.
“Tetapi mereka semakin berteriak-teriak, minta acara itu dibubarkan dan memaksa Ibu-ibu yang ikut pengajian tersebut untuk berdemo. Tapi ditolak oleh ibu-ibu ajakan itu. Mereka tidak terima dan terus memprovokasi untuk membubarkan acara. Mereka juga mendorong-dorong personel kita,” sebut Tatan.
Saat ini kedelapan orang itu masih diperiksa penyidik. Polisi juga mendalami dugaan tindak kekerasan yang dialami personel intelijen polisi dan warga.
“Kabarnya ada anggota intel yang katanya sempat didorong. Mungkin pas diamankan dia memberontak. Kemudian ada ibu-ibu yang ditarik mau diajak demo. Kita belum tahu ibu-ibu itu,” jelas Tatan. (*)