PROSUMUT – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) melaporkan selama setahun terakhir (Februari 2019-2020) jumlah angkatan kerja mengalami penurunan 156 ribu orang. Pada Februari 2020 sebanyak 7,29 juta orang, sedangkan Februari 2019 mencapai 7,45 juta orang.
Sementara, angka pengangguran berkurang 69 ribu orang dari 414 ribu orang pada Februari 2019 menjadi 345 ribu orang di Februari 2020.
“Jumlah pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Penduduk yang bekerja pada Februari 2020 sekitar 6,95 juta orang, sedangkan yang menganggur 345 ribu orang. Dibanding setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja berkurang 87 ribu orang, sementara pengangguran berkurang 69 ribu orang,” ungkap Kepala Bidang Statistik Sosial, Mukhamad Mukhanif kepada wartawan, Kamis 15 Oktober 2020.
Sejalan dengan turunnya jumlah angkatan kerja dan pengangguran berkurang, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga turun. TPAK pada Februari 2020 tercatat sebesar 72,00 persen, turun 2,57 poin dibanding setahun yang lalu.
Penurunan TPAK memberikan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja.
“Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan. Pada Februari 2020, TPAK laki-laki sebesar 82,86 persen sementara TPAK perempuan hanya 61,40 persen. Jika dibanding kondisi setahun yang lalu, TPAK laki-laki dan perempuan masing-masing mengalami penurunan sebesar 1,75 poin dan 3,37 poin,” sebut Mukhamad.
Namun demikian, jumlah penduduk usia kerja meningkat 140 ribu orang dari 9,99 juta orang (Februari 2019) menjadi 10,13 juta orang (Februari 2020). Jumlah penduduk usia kerja ini terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu penduduk yang masuk angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
“Jumlah angkatan kerja menurun 156 ribu orang, dan bukan angkatan kerja naik 296 ribu orang dari 2,54 juta orang (Februari 2019) menjadi 2,84 juta orang (Februari 2020),” paparnya.
Mukhamad menyebutkan, untuk Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun menjadi 4,73 persen pada Februari 2020 dari Februari 2019 sebesar 5,56 persen. TPT adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja.
“Dilihat dari tempat tinggalnya, TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding di perdesaan. Pada Februari 2020, TPT di perkotaan sebesar 6,75 persen, sedangkan TPT di perdesaan hanya 2,33 persen. Dibanding setahun yang lalu, TPT di perkotaan mengalami penurunan sebesar 1,11 poin dan TPT perdesaan mengalami penurunan sebesar 0,69 poin,” jelasnya.
Ia melanjutkan, dilihat dari tingkat pendidikan pada Februari 2020, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain yaitu sebesar 7,51 persen.
Sedangkan pada Februari 2019 yang paling tinggi adalah tingkat pendidikan Universitas dan disusul tingkat pendidikan Diploma sebesar 6,56 persen.
“Ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada tingkat pendidikan SMK dan Diploma. Sedangkan mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja. Hal itu dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar 2,50 persen,” jabar Mukhamad.
Lapangan Pekerjaan Utama
Lebih lanjut ia mengatakan, kondisi ketenagakerjaan baik menyangkut tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada.
Jumlah penduduk yang bekerja pada tiap sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja.
Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Februari 2020, penduduk Sumatera Utara paling banyak bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 2,67 juta orang (38,48 persen).
Kemudian, disusul sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebanyak 1,16 juta orang (16,66 persen) serta industri pengolahan 574 ribu orang (8,26 persen).
“Dilihat dari tren lapangan pekerjaan selama Februari 2019 – Februari 2020, lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase penduduk bekerja terutama pada sektor jasa keuangan asuransi, real estate, jasa perusahaan dan jasa lainnya (0,88 poin), dan konstruksi (0,83 poin). Sedangkan sektor yang mengalami penurunan paling besar pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (1,97 poin), perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor (0,89 poin), serta perdagangan besar dan penyediaan akomodasi dan makan minum (0,36 poin),” ujarnya.
Status Pekerjaan Utama
Menurut dia, dari seluruh penduduk bekerja pada Februari 2020, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan/pegawai (37,94 persen).
Selanjutnya, diikuti status berusaha sendiri (17,80 persen), berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (17,05 persen), pekerja keluarga/tak dibayar (17,03 persen), dan pekerja bebas di non pertanian (3,76 persen).
Sementara penduduk yang bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap memiliki persentase 3,42 persen dan yang paling kecil adalah status pekerja bebas di pertanian sebesar 3,00 persen.
“Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Pekerja formal mencakup status berusaha dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan/pegawai, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Februari 2020 sebanyak 2,87 juta orang (41,37 persen) penduduk bekerja pada kegiatan formal dan sebanyak 4,08 juta orang (58,63 persen) bekerja pada kegiatan informal. Selama setahun terakhir pekerja informal turun hingga 1,62 poin dibanding Februari 2019 yang besarnya 60,25 persen,” jabar Mukhamad.
Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Diutarakannya, penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2020 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah 2,08 juta orang (29,91 persen), SMA 1,64 juta orang (23,67 persen), SMP 1,42 juta orang (20,50 persen) dan SMK 823 ribu orang (11,83 persen).
Penduduk bekerja berpendidikan tinggi (diploma ke atas) ada 979 ribu orang (14,09 persen), mencakup 246 ribu orang berpendidikan Diploma dan 733 ribu orang berpendidikan Universitas.
Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja berpendidikan Universitas naik 1,19 poin dibanding Februari 2019. Sedangkan SMA naik 1,13 poin, SMP naik 0,16 poin dan Diploma naik 0,14 poin pada Februari 2020. Sementara persentase penduduk bekerja berpendidikan SD ke bawah dan SMK turun dibanding Februari 2019 masing-masing 1,73 dan 0,89 poin.
Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja
Mukhamad menambahkan, indikator lain yang lebih mendalam menyangkut angkatan kerja adalah pekerja penuh dan pekerja tidak penuh. Indikator ini mampu menjelaskan bahwa tidak semua penduduk bekerja memiliki produktivitas yang tinggi, diindikasikan oleh perbedaan jam kerja.
Pekerja tidak penuh terbagi menjadi dua kelompok yaitu pekerja setengah penganggur dan pekerja paruh waktu.
Persentase pekerja tidak penuh pada Februari 2020 sebesar 32,68 persen terdiri dari pekerja paruh waktu sebesar 25,31 persen dan pekerja setengah penganggur sebesar 7,37 persen. Pada kelompok jam kerja, persentase terkecil terdapat pada penduduk bekerja dengan jam kerja 1-7 jam yaitu sebesar 2,66 persen.
Sebagian besar penduduk bekerja pada Februari 2020, yaitu sekitar 4.679 ribu orang (67,32 persen) merupakan pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per minggu).
“Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja dengan jam kerja minimal 35 jam per minggu naik sebesar 0,25 poin. Persentase pekerja tidak penuh kategori setengah penganggur menurun dibandingkan Februari 2019 sebesar 2,12 poin. Sedangkan kategori pekerja paruh waktu naik sebesar 1,87 poin,” imbuhnya. (*)
Editor : Iqbal Hrp
Foto : BPS Sumut